Penjajakan Kerjasama NI Indonesia dan PTIIK UB

Penjajakan Kerjasama NI Indonesia dan PTIIK UB

Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) UB kembali melakukan penjajakan kerjasama. Kali ini dengan National Instruments (NI) Indonesia, yaitu perusahaan Amerika dengan skala operasi internasional yang memproduksi peralatan tes otomatis dan software instrumentasi virtual. Aplikasi umum buatan NI antara lain data acquisition, instrument control dan machine vision.

Krisna Wisnu, Field Applications Engineer NI Indonesia mengatakan bahwa untuk di Indonesia NI baru berdiri Desember 2011 lalu. Akan tetapi di Amerika NI sudah didirikan sejak tahun 1976. Tercatat hingga tahun 2010, NI telah berhasil menjual berbagai produknya ke lebih dari 30.000 perusahaan di 91 negara di dunia.
“Kami menyebut NI sebagai technology company bukan business company. Karena kami sangat concern dengan pengembangan technology, terbukti anggaran terbesar di NI kami anggarkan untuk Research and Development,” ujar Krisna saat memberikan penjelasan tentang NI di ruang meeting ged. A PTIIK (25/7).

Meski tergolong lambat masuk ke Indonesia, tapi berbagai produk NI sudah banyak digunakan oleh berbagai perusahaan dan instansi terkemuka di Indonesia, antara lain Toyota, Schneider Electric, Samsung, Panasonic, dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Produk NI yang berupa software antara lain; LabView dan NI DIAdem. Menurut Krisna, LabView merupakan programming language yang dapat menyelesaikan aplikasi lebih cepat dibanding software serupa. LabView ini yang menjadi dasar pembuatan berbagai hardware NI. Sementara NI DIAdem adalah software analisa yang mirip dengan excel, tapi tidak memiliki batasan baris dan kolom.
“Kalau excel kan sebetulnya dibuat untuk keuangan jadi baris dan kolonya terbatas. Padahal untuk aplikasi teknologi biasanya datanya berjumlah sangat banyak. Tidak jarang juga data itu perlu untuk dianalisa secara bersamaan. Jika menggunakan excel data akan terpisah karena keterbatasan baris dan kolom. Tapi dengan NI DIAdem ini anda dapat memasukkan seberapa banyak datapun sehingga memungkinkan untuk diproses bersamaan,” jelasnya.

Untuk produk NI yang berupa hardware terdiri atas perangkat Data Acquisition, Modular Instruments, Embedded Control and Monitoring Hardware, Industrial Communications Buses, Instrument Control dan Educational Hardware. Selain itu djelaskan pula oleh Krisna bahwa NI juga menyediakan jasa training dan sertifikasi. Hingga saat ini meski pengguna produk NI telah banyak, tapi untuk pemegang sertifikasi LabView masih belum banyak. Padahal dari data survey di Amerika Serikat, sejak tahun 2004 lalu software LabView yang paling banyak digunakan untuk industri-industri yang membutuhkan Data Acquisition dan Instrument Control (32%) dibanding software lain seperti Microsoft visual basic, Visual C++, dsb.

Karenanya bagi pemilik sertifikasi LabView ini akan memiliki pelung lebih besar jika ingin mengembangkan karirnya di skala internasional. Untuk Sertifikasi LabView sendiri dibagi dalam beberapa kategori. Dimulai dari level terendah ada LabView Academy certification, LabView Certified Associate Developer, LabView Certified Developer, dan LabView Certified Architect.

Diharapkan kedepannya PTIIK dapat bekerjasama dengan NI terkait sertifikasi LabView Academy bagi para lulusan PTIIK. Untuk itu PTIIK terlebih dahulu harus memiliki fasilitas Lab yang dilengkapi berbagai software berlisensi milik NI, dan harus memiliki minimal 3 dosen yang sudah tersertifikasi LabView. Diharapkan dengan adanya sertifikasi ini, nantinya dapat meningkatkan daya saing lulusan PTIIK di dunia kerja. [dna]