EMOSCA, Game Edukasi Pertolongan Pertama Saat Serangan Jantung

EMOSCA, Game Edukasi Pertolongan Pertama Saat Serangan Jantung

emoscaKolaborasi antara 2 orang mahasiswa Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) dengan 3 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UB pada Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC) melahirkan sebuah aplikasi yang inovatif bernama E-Learning Management of Sudden Cardiac Arrest (EMOSCA). Kelima mahasiswa tersebut adalah Afiqie Fadhihansah (PTIIK/2010), Billy Novanta Yudistira (PTIIK/2010), Andriawan Hendra Susila (FK/2008), Durrotul Ikrimah (FK/2009) dan Nofi Nurina Ramadhani (FK/2009). Pengerjaan PKM-KC ini dibawah bimbingan Ns. Tony Suharsono, S.Kep, M.Kep.

Disampaikan Billy, EMOSCA ini dibuat karena mengingat bahwa jantung merupakan inti kehidupan.
“Ketika terjadi serangan dan tidak segera ditangani dalam lima menit maka akan terjadi kematian otak,” kata dia. Dari data yang berhasil dihimpunnya, pasien terkena serangan jantung umumnya langsung meninggal diantaranya karena ambulance yang terlambat datang. Selain itu, alat emergency sangat susah diakses. Di rumah sakit pun, menurutnya hanya ada di ruangan tertentu seperti Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU). Di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, beberapa peralatan yang tersedia untuk serangan jantung antara lain BLS (Basic Life Support) dan ACLF (Advanced Cardiac Life Support).

EMOSCA merupakan aplikasi game dengan menggunakan software flash yang compatible pada banyak device seperti iOS, dekstop maupun android.  Meski demikian, tim ini masih berkonsentrasi pada pembuatan aplikasi EMOSCA untuk perangkat mobile berplatform android. Hal ini dikarenakan dari studi literature yang mereka lakukan, diketahui bahwa platform android paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Selain itu, saat ini sudah banyak muncul handphone android dengan berbagai merk yang dijual dengan harga terjangkau.
“Game memang lebih enak di mobile,” tandas Billy.

Diakui tim ini, pembuatan aplikasi game EMOSCA membutuhkan waktu sekitar dua bulan, meliputi pembuatan desain animasi dan pemrograman. Menurut Andriawan, tahapan cara pertolongan yang diterapkan dalam EMOSCA ini bukan dibuat sembarangan tapi didasarkan pada guideline dari American Heart Association (AHA).

Game ini memberlakukan sistem poin dalam permainannya dan level game didasarkan pada kerumitan si penolong. Untuk menjadi penolong, manusia bumi terlebih dulu mengikuti kursus di planet jantung. Ketika ada korban serangan jantung yang terjatuh, penolong harus memeriksa kesadaran dengan menepuk bahu kemudian mengecek denyut nadi. Ketika masih ada respon maka penolong harus segera menghubungi Emergency Medical Services (EMS). Sementara menunggu EMS, penolong dapat mengkoreksi tempat sekitar. Pada tempat yang datar, kemudian penolong dapat memberikan kompresi dada sebanyak 5 siklus. Tiap siklusnya terdiri atas 30 kompresi dan 2 ventilasi. Poin tertinggi akan diberikan saat tidak ada kesalahan pada pertolongan dengan waktu tercepat sekitar 4 menit.

Dengan game ini diharapkan akan memungkinkan masyarakat awam untuk mengenal tentang cara melakukan pertolongan pertama pada orang yang mendadak tidak sadarkan diri karena serangan jantung (tidak ada nadi). Selain untuk masyarakat awam, aplikasi ini juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan para tenaga medis. Menurut Andriawan, di Singapura saja para Pembantu Rumah Tangga telah diajarkan cara melakukan kompresi pertolongan pertama jenis ini. [denok/dna]

Sumber: Prasetya Online