Dosen PTIIK Tingkatkan Kemampuan Menulis Buku Ajar

Dosen PTIIK Tingkatkan Kemampuan Menulis Buku Ajar

Sekitar 40 dosen di Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) UB mengikuti Lokakarya Peningkatan Kemampuan Menulis Buku Ajar (11-12/7). Wijaya Kurniawan, ST., MT., selaku ketua pelaksana kegiatan mengatakan bahwa dengan adanya lokakarya ini diharapkan para dosen khususnya di PTIIK dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola materi pengajaran untuk kemudian dijadikan sebagai bahan pembuatan buku ajar.
“Diharapkan dengan kegiatan ini para dosen dapat terpacu untuk membuat buku ajar yang baik, yang dapat mengurangi masalah pemahaman materi mahasiswa ketika mengikuti proses belajar mengajar di kelas,” jelasnya.

Dalam lokakarya tersebut dihadirkan dua orang pemateri, yaitu Dr. Ir. Rinaldi Munir (Dosen Informatika ITB) dan Mustafa Lutfi, SPd., SH., MH. (Perwakilan Tim Manajemen UB Press). Selain memberikan motivasi agar dosen-dosen di PTIIK tergugah untuk menulis buku ajar, Dr. Ir. Rinaldi juga menyampaikan beberapa materi tentang kiat sukses menjadi penulis buku ajar, serta tips dan trik untuk menulis buku ajar.

Disampaikan oleh Dr. Ir. Rinaldi bahwa hingga saat ini minat menulis publikasi ilmiah di Indonesia, khususnya bagi kalangan dosen di perguruan tinggi (PT) masih rendah. Dari hasil klasemen Liga Scopus Indonesia per 24 Januari 2013, ITB menduduki peringkat pertama untuk jumlah publikasi ilmiah dengan total 2.607. Diperingkat kedua ada Universitas Indonesia dengan jumlah publikasi total 2.276. Sementara diperingkat ketiga diduduki Universitas Gadjah Mada dengan jumlah publikasi total 1.358. Jumlah itu belum bisa dibilang memuaskan jika dibandingkan dengan jumlah publikasi ilmiah di luar negeri. Sebagai contoh dari hasil klasemen Liga Scopus Thailand per 24 Januari 2013 dapat diketahui bahwa Mahidol University berada diperingkat pertama sebagai PT dengan publikasi ilmiah terbanyak yaitu sejumlah 18.716 publikasi. Diposisi kedua ada Chulalngkorn University dengan jumlah publikasi total mencapai 15.404. Sementara Chiang Mai University yang ada di posisi ketiga saja masih memiliki jumlah publikasi ilmiah 7.743. Hasil yang kurang memuaskan juga didapat saat membandingkan jumlah publikasi ilmiah di Indonesia dan di Malaysia. Universitas Malaya memiliki jumlah publikasi ilmiah tertinggi di Malaysia dengan total 18.838. Jumlah ini jelas jauh jika dibandingkan dengan jumlah publikasi di Indonesia.
“Di Indonesia bukannya tidak ada yang mampu menulis hanya saja budaya menulisnya masih kurang. Karena itu perlu dibiasakan dari para pendidiknya. Karena kemampuan intelektual seseorang tidak hanya dilihat dari gelar saja tapi juga dari karya tulisnya yang menuangkan ide-ide pengetahuan orang tersebut,” jelas Dr. Ir. Rinaldi.

Untuk memulai budaya menulis seorang dosen dapat mengawalinya dengan membuat buku ajar. Ada beberapa kiat sukses untuk dapat menuls buku ajar yang baik. Pertama penulis harus sadar bahwa hanya dosen dengan kemampuan yang baik dibidangnya yang dapat menulis buku ajar yang baik. Kedua penulis juga harus memiliki kemauan yang kuat untuk menulis dan kemampuan berbahasa yang baik. Ketiga jika ingin bukunya laku dipasaran, penulis harus membuat buku ajar yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Berbeda ini bukan berarti materi yang disajikan dalam garis besar saja tapi juga dapat berbeda dari segi penyajiannya. Keempat penulis harus menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, ringkas dan enak dibaca. Kelima, dosen yang mau membudayakan diri untuk menulis bisa memulai dari membuat diktat sederhana. Yang terakhir, penulis yang baik harus siap menerima kritikan dari pembaca.

Sementara itu dihari kedua Mustafa Lutfi yang hadir sebagai pemateri memberikan berbagai informasi tentang UB Press, syarat-syarat yang perlu dipenuhi jika bukunya ingin diterbitkan di UB Press, serta berbagai reward yang bisa didapatkan bagi penerbit buku sukses di bawah naungan UB Press.

Untuk buku teks/ referensi/ buku ajar yang ingin diterbitkan di UB Press tulisannya harus memenuhi syarat-syarat karya ilmiah yang utuh, yaitu adanya rumusan masalah yang mengandung nilai kebaruan, metodologi pemecahan masalah, dukungan data atau teori mutakhir yang lengkap dan jelas, serta ada kesimpulan dan daftar pustaka.

Mustafa juga menyampaikan bahwa untuk buku terbitan UB Press akan melalui proses level/bobot penilaian buku. Bagi buku yang memiliki level A hingga C akan diberikan reward, mulai pembebasan biaya produksi dan pemasaran hingga pemberian hadiah berupa insentif dari UB yang nominalnya mencapai Rp.31 juta. [dna]