Workshop Evaluasi Pembelajaran Untuk Peningkatan Kompetensi Dosen PTIIK

Workshop Evaluasi Pembelajaran Untuk Peningkatan Kompetensi Dosen PTIIK

Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi dosen/ tenaga pengajar Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) dalam hal melakukan penilaian hasil belajar para peserta didiknya, maka digelarlah Workshop Evaluasi Pembelajaran (25/6). Bertempat di Lab. Komputer Dasar PTIIK, hadir Dra. Diana Lyrawati, Apt, M.S., Ph.D. yang dipercaya sebagai pemateri.

Pada workshop yang dihadiri oleh puluhan dosen PTIIK tersebut, Diana menjelaskan bahwa kemampuan untuk melakukan penilaian atas hasil belajar peserta didik sangat penting untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan telah memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dengan kata lain penilaian hasil belajar peserta didik juga bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Diungkapkan oleh Diana bahwa alat ukur penilaian yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu: valid, reliable, usable dan absence of bias. Yang dimaksud dengan valid yaitu alat ukur penilaian terhadap hasil belajar peserta didik harus berfokus pada tujuan pembelajaran. Dapat mengukur kemampuan peserta didik apakah telah memenuhi tujuan pembelajaran atau sebaliknya. Reliable diungkapkan oleh Diana, bahwa alat ukur harus memiliki standar yang sama. Sebagai contoh soal TOEFL atau TOEIC, meski soalnya berbeda-beda tetapi hasil yang diperoleh peserta tidak akan jauh berbeda.
“Jadi soal yang baik meski berbeda-beda tapi saat digunakan pada satu anak bisa menunjukkan hasil yang nyaris sama. Jangan saat mengerjakan soal dari dosen A nilainya baik tapi saat menggunakan soal dari dosen B untuk bidang yang sama hasilnya jauh lebih buruk. Itu berarti masih belum ada standar alat ukur penilaian,” ujar Diana.

Sementara itu usable, berarti alat ukur penilaian baik yang berupa soal ujian, tugas, makalah maupun presentasi harus dapat diterapkan pada seluruh peserta didik. Kriteria terakhir, absence of bias berarti alat ukur penilaian tidak boleh memberikan hasil yang bias.
“Misalkan untuk nilai presentasi, ada dosen yang hanya menitikberatkan kemampuan dan pemahaman peserta didik tanpa memperhatikan bahasa tubuh atau penampilan. Tapi ada dosen yang sebaliknya tidak hanya menilai kemampuannya tapi juga penampilan. Hal ini menimbulkan hasil penilaian yang jelas. Karenanya fakultas perlu membuat peraturan hitam di atas putih, misal manual prosedur yang mengatur cara penilaian tersebut,” jelas Diana.

Alat ukur penilaian atas peserta didik tersebut juga sangat diperlukan untuk menunjukkan kualitas institusi pendidikan pada pihak ketiga. Jika tidak ada alat ukur penilaian yang standar, jelas dan baik maka dimungkinkan hasil lulusan yang ada memiliki penilaian yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dapat berdampak negatif pada institusi, karena pihak ketiga sebagai pengguna lulusan tidak akan percaya lagi terhadap kualitas hasil lulusan institusi tersebut.
“Misalkan dari nilai-nilainya diberikan baik oleh universitas. Tapi saat dites tidak sesuai dengan nilai yang tertera. Perusahaan tidak akan percaya lagi dengan lulusan universitas itu,” jelas Diana.

Selain itu dalam sharing pengetahuannya Diana juga berpesan agar fakultas atau program studi terkait dapat menentukan tujuan pembelajaran yang jelas. Apakah tujuan pembelajarannya hanya pada sebatas hingga peserta didik dapat menghafal semua teori yang diberikan, atau hingga pada tahap dapat mengaplikasikan teori tersebut. Kegiatan workshop kemudian ditutup dengan pembahasan dan review sistem penilaian yang selama ini digunakan di PTIIK dengan tetap didampingi oleh Dra. Diana Lyrawati, Apt, M.S., Ph.D.. [dna]