SNOS 2013: Stop Penggunaan Software Bajakan

SNOS 2013: Stop Penggunaan Software Bajakan

Badan Eksekutif Mahasiswa Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (BEM TIIK) bersama POROS (komunitas penggiat Open Source Software di PTIIK) menyuarakan himbauan untuk berhenti menggunakan software bajakan kepada masyarakat melalui kegiatan Seminar Nasional Open Source (SNOS) di gedung Widyaloka (09/11). SNOS 2013 tersebut juga diadakan sebagai rangkaian kegiatan menyambut dies natalis PTIIK UB. Pemateri yang diundang dalam kegiatan tersebut adalah profesional yang telah lama berkecimpung di bidang Open Source. Mereka adalah Ashari Abidin, perwakilan Asosiasi Open Source Indonesia dan Onno W.Purbo selaku Pakar Open Source Indonesia.

Luluk Setiawati Hartono, ketua pelaksana SNOS 2013 mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa PTIIK saja, tapi juga bagi masyarakat umum. Diakui Luluk kegiatan SNOS 2013 ini mendapat sambutan yang sangat baik. Dari target awal yang ditetapkan panitia untuk mendapatkan 200 peserta, ternyata pada hari H pelaksanaan tercatat sejumlah 255 peserta yang telah mendaftar. Peserta yang hadir selain mahasiswa UB sendiri ada juga dari perwakilan berbagai universitas antara lain Unessa, ITS, Polinema, STIKI, ITN dan Universitas Kanjuruhan. Selain itu, hadir juga perwakilan murid dan guru dari SMA Diponegoro Tumpang.

Sebagai materi pembuka, Ashari Abidin menyampaikan berbagai informasi pengantar mengenai open source software. Antara lain tentang sejarah open source, kelebihan dan kekurangan open source, peran serta open source dalam perkembangan teknologi,  prospek implementasi teknologi dengan open source, bagaimana penerapan open source di Indonesia dan pemaparan tentang AOSI serta berbagai kegiatannya.

Menurut Ashari, meskipun open source software (OSS) lebih ekonomis dibanding software berlisensi , akan tetapi masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Penyebab utamanya adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang OSS sendiri.
“Ada juga yang bilang kalau cara mengoperasikan OSS lebih sulit. Padahal sebetulnya hanya belum terbiasa saja,” ungkapnya.

Untuk menambah pemahaman peserta tentang OSS maka pada sesi berikutnya pemateri kedua, Onno W.Purbo mendemokan cara pengoperasian OSS. Acara kemudian ditutup dengan berbagai games seru dan pembagian doorprize.

Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat lebih membuka wawasan masyarakat tentang OSS dan mendorong mereka untuk mengimplementasikannya dalam aktivitas sehari-hari. Dengan demikian pada jangka panjang diharapkan masyarakat tidak lagi menggunakan software bajakan yang ilegal. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih jauh tentang OSS, POROS juga membuka kesempatan yang luas untuk berbagi pengetahuan melalui @poros_ub dan website poros.ub.ac.id. [dna]