EDHET, Alternatif Pengurang Angka Kematian Ibu Melahirkan Akibat Pendarahan

EDHET, Alternatif Pengurang Angka Kematian Ibu Melahirkan Akibat Pendarahan

Dilatarbelakangi meningkatnya jumlah angka kematian ibu pasca melahirkan, maka lima mahasiswa Universitas Brawijaya mengembangkan sebuah business plan alat deteksi pendarahan pasca melahirkan yang disebut Early Detection of Hemorraghic Postpartum (EDHET). Mereka adalah Arya Yoga Adearta Pratama (FILKOM/SAP 2014), Romdan Muhammad Ubaidillah (FILKOM/IF 2012), Nabila Alri Hutami (FK), Fadli Fathurrizki (FT), Nurina Firdausi (FT).  

Dipaparkan oleh Yoga bahwa berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2007, kematian ibu setelah melahirkan paling banyak disebabkan oleh pendarahan.
“Selain itu, pada tahun 2012 tercatat angka kematian ibu melahirkan di Indonesia meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran,” tambahnya.

Oleh karenanya EDHET dinilai akan sangat membantu melakukan deteksi dini pada ibu melahirkan yang mengalami pendarahan, sehingga dapat mencegah terjadinya kematian. EDHET memiliki sensor khusus untuk mendeteksi volume darah yang keluar seusai proses persalinan. Dengan dilengkapi oleh lampu indikasi dan alarm peringatan (buzzer), pengguna EDHET dapat dengan segera mengetahui jika pasien dalam kondisi pendarahan yang serius. Lampu indikasi yang rencananya akan ditanamkan pada EDHET terdiri atas lampu hijau, kuning dan merah. Lampu hijau akan menyala jika kondisi pasien aman dengan volume darah yang keluar berkisar antara 50 – 400cc. Lampu kuning akan menyala jika kondisi pasien dalam keadaan waspada dengan volume darah yang dikeluarkan berkisar antara 400 – 500cc. Pada kondisi lampu kuning menyala tindakan yang disarankan untuk tenaga medis stabilization liquid preparation. Sementara lampu merah akan menyala jika kondisi pasien dalam keadaan gawat dengan volume darah yang dikeluarkan mencapai 500 – 2.400cc. Pada kondisi gawat tersebut tenaga medis disarankan untuk mengambil tindakan penstabilan cairan tubuh pasien dan pencarian lokasi pendarahan pada tubuh pasien untuk kemudian ditanggulangi.

EDHET berhasil membawa Yoga dan kawan-kawan sebagai Juara I kompetisi Business Plan School on Internet ( SOI) ASIA 2014 (8/1), sehingga berhak untuk mendapatkan kesempatan berkunjung selama satu minggu ke Jepang dan mendapatkan bimbingan dari Profesor – profesor di Keio University pada akhir tahun 2015 mendatang. Selain itu, EDHET juga telah mendapat respon positif dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Disampaikan Yoga bahwa timnya telah mendapatkan tawarkan dari IBI untuk dapat memasukkan EDHET sebagai salah satu bagian dari Bidan Kit yang biasa diberikan bagi Bidan baru. Untuk dapat meraih gelar juara tersebut, tim EDHET terlebih dahulu harus bersaing ketat dengan 30 tim lain dari Indonesia maupun tiga negara lainnya; Myanmar, Malaysia dan Jepang.

Yoga mengungkapkan bahwa bisnis plan EDHET tersebut disusun selama dua minggu penuh dengan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Antara lain; Eka Maulana, ST., MT., M.Eng selaku dosen pembimbing, Ir. Lilik Setyobudi, MS., PhD. Vice President Association of ASEAN Japan Entrepreneurship Education (AAJEE), Dr.Eng., M. Choiron, ST., MT Head of UB Entrepreneurship Education, serta Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat (PIBLAM).
“Kami juga berterima kasih atas dukungan dokter – dokter dan pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,” pungkasnya. [dna]