FILKOM UB Terapkan PELATO Berbasis IOT di Kota Malang

FILKOM UB Terapkan PELATO Berbasis IOT di Kota Malang

Dosen Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB) : Tibyani, S.T., M.T., Dr. Candra Dewi, S.Kom., M.Sc., Prof. Ir. Wayan Firdaus Mahmudy, S.Si., M.T., Ph.D. dan Intan Sartika Eris Maghfiroh, S.E., M.B.A., melaksanakan Pengabdian Masyarakat di Gazebo Karomah, RT02 RW05, Kelurahan Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 25 Agustus 2024 ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui sistem smart urban farming yang menerapkan teknologi berbasis Internet of Things (IoT).


Program yang dilaksanakan dengan menggunakan tahun anggaran 2024 ini mengimplementasikan sistem berbasis IoT dengan judul: Branding Produk Dan Sistem Pengairan Lahan Otomatis (PELATO) Berbasis IoT Menuju Mandiri Pangan di kelurahan Lowokwaru, kota Malang. Acara berupa pelatihan serta pendampingan dihadiri oleh 20 orang Kelompok Tani Karomah RW05 kelurahan Lowokwaru sebagai mitra kegiatan. Penggunaan sistem PELATO yang di kembangkan ini adalah sistem smart farming berbasis IoT menggunakan sensor kelembapan dan sensor ultrasonik untuk menjalankan smart farming yang kemudian dapat dilakukan monitoring secara terintegrasi untuk memantau kondisi dari kadar kelembapan tanah serta sisa volume penampungan air melalui chatbot telegram. Dari hasil pengujian terhadap kemampuan implementasi sistem, konektivitas internet pada sistem, integrasi sistem smart farming dengan telegram, pembacaan sensor terhadap kondisi kelembapan tanah dan kapasitas penampungan, kemampuan sistem mengirimkan data pembacaan sensor menunjukkan bahwa sistem smart farming telah berhasil dijalankan dengan baik.

“Kami berharap dengan PELATO ini dapat dilaksanakan pengelolaan smart urban farming di kelurahan Lowokwaru dapat dimaksimalkan dan menstimulus pertumbuhan ekonomi dalam skala lokal,” jelas Tibyani selaku ketua pelaksana.

Kondisi iklim di Indonesia pada tahun 2023 hingga tahun 2024 khususnya pada bulan November sampai bulan April jauh lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya, hal ini muncul karena dipengaruhi oleh kondisi dari La Nina yang telah berlangsung selama 3 tahun. Selain itu juga pada tahun 2024 ini Indonesia dan beberapa negara di belahan dunia mengalami dampak dari krisis iklim. Faktor dari kondisi tersebut yang menyebabkan kondisi hujan dan panas tidak bisa diprediksi, yang berakibat pada perubahan kelembapan tanah di beberapa wilayah jauh lebih cepat dibanding kondisi biasanya. Apalagi pada kondisi penduduk yang tinggal di perkotaan yang sibuk, biasanya akan menyiram tanamannya secara sporadis. Munculnya permasalahan tersebut memerlukan solusi seperti menggunakan teknik irigasi yang efisien dan juga pengaplikasian teknologi layaknya Internet of Things. (tiby/rr)