Talk Show Suicide Prevention: Menciptakan Harapan Melalui Tindakan

Talk Show Suicide Prevention: Menciptakan Harapan Melalui Tindakan

Kepegawaian Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) menyelenggarakan kegiatan “Talk Show Suicide Prevention: Menciptakan Harapan Melalui Tindakan” pada Jumat, 17 Mei 2024. Kegiatan yang diselenggarakan di Auditorium Algoritma Gedung G lantai 2 FILKOM UB tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran mahasiswa tentang kesehatan mental dan tanda-tanda bunuh diri. Peserta yang hadir adalah mahasiswa, dosen, karyawan serta perwakilan Dharma Wanita persatuan UB dan FILKOM.
Dua orang narasumber yang dihadirkan dalam kesempatan ini adalah Effiana Yuriastien, S.Psi,M.Psi, Psikolog Klinis dari RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang dan Wiwin Lukitohadi, S.H., S.Psi., CHRM selaku staf Unit Konseling, Pengembangan Karir, Layanan Terpadu Kekerasan Seksual dan Perudungan FILKOM (UKPKLTKSP FILKOM). Effiana membawakan materi tentang suicide prevention sementara Wiwin memberikan informasi tentang berbagai layanan dukungan kesehatan mental yang tersedia di kampus.


Dalam paparannya Effiana menyampaikan bahwa fenomena bunuh diri di Indonesia menurut data statistik mencapai 663 kasus pada tahun 2023 lalu. Dimana 46% diantaranya adalah pada rentang usia 25 – 49 tahun, 33% diantaranya pada rentang usia 18 – 24 tahun dan 20% diantaranya pada rentang usia di atas 55 tahun. Disampaikan oleh Effiana bahwa kasus kematian bunuh diri pada remaja dan dewasa yang menduduki persentase paling tinggi itu dipicu oleh beberapa faktor antara lain Kesehatan mental, tekanan dan tuntutan yang tinggi dalam lingkup akademik dan keluarga, perasaan kesepian yang dikarenakan tidak adanya dukungan sosial, permasalahan finansial yang serius dan peristiwa traumatis akibat kehilangan orang terdekat atau mengalami pelecehan seksual. Pencegahan atau pertolongan pertama bagi mereka yang menunjukkan tanda-tanda untuk melakukan bunuh diri adalah dengan mencari tahu apakah ada anggota tubuh yang terluka dan memberi penanganan, mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan rasa aman dan nyaman serta menganjurkan untuk mendapatkan bantuan professional.
“Tanda-tanda orang yang memiliki potensi untuk melakukan bunuh diri itu bisa ditunjukkan dengan tidak semangat berangkat kuliah, prestasi belajar menurun, nafsu makan berkurang, kabur dari rumah, membicarakan keinginan untuk bunuh diri dan membenci serta menghujat diri sendiri,” jelas Effiana.
Sementara itu pada sesi kedua Wiwin menyampaikan bahwa fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa semakin meresahkan. Oleh karena itu dibutuhkan kepedulian dari pihak kampus. Dalam hal ini FILKOM sangat peduli dengan menyediakan berbagai layanan pencegahan seperti konseling, pelatihan dan sosialisasi kepada mahasiswa. Dalam kesempatan tersebut Wiwin juga mengajak peserta untuk berlatih dengan beberapa simulasi kasus, kemudian mengajarkan beberapa Teknik dasar tentang bagaimana memberikan dukungan tanpa menghakimi. Diterangkan oleh Wiwin bahwa baik mahasiswa, dosen, karyawan maupun Dharma Wanita dapat mengambil bagian dalam perannya untuk pencegahan bunuh diri. Peran Mahasiswa adalah menjadi sahabat yang peka dan peduli, mengenali tanda-tanda teman yang mungkin membutuhkan bantuan, dan cara memberikan dukungan yang tepat. Peran Dosen adalah mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung, mengenali mahasiswa yang berisiko, dan menyediakan waktu untuk diskusi yang mendalam. Peran Karyawan adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan mendukung, serta menjadi pendengar yang baik bagi rekan kerja yang mengalami tekanan. Sementara peran Dharma Wanita adalah sebagai pilar kekuatan dan dukungan dalam komunitas, serta mengadakan kegiatan yang mempromosikan kesehatan mental. [dna]