Dukung Inovasi Desa Digital, Dosen Universitas Brawijaya Menginisiasi Aplikasi Sedekah Sampah Berbasis Android”
Sampah merupakan permasalahan utama di berbagai daerah di Indonesia. Sampah yang menumpuk atau dibuang sembarangan sehingga mengakibatkan kotor, bau hingga penyakit dan banjir. Pun sampah anorganik yang dibuang akan memerlukan proses hingga ratusan bahkan ribuan tahun untuk bisa terurai. Hal ini tentu mengakibatkan penurunan kualitas tanah sebagai media tanam. Dua buah desa di Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung, yaitu Desa Kendalbulur dan Boyolangu telah melakukan upaya untuk menggalakkan pemilahan sampah dari rumah sehingga sampah anorganik bisa diproses lebih lanjut dan bahkan menghasilkan uang. Menariknya, uang yang dihasilkan dari sampah ini digunakan untuk sedekah bagi warga desa yang kurang mampu. Namun pelaksanaannya yang secara manual menemui banyak kendala khususnya efisiensi waktu, dan ketepatan/efektifitas program untuk mendata sampah serta pemasukan yang didapatkan agar program ini terus berjalan.
Berawal dari melaksanakan tugas sebagai dosen pembimbing lapang di dua desa tersebut dan beberapa desa di Kabupaten Tulungagung, Rekyan Regasari MP, ST., MT dan tim mengembangkan Aplikasi Sedekah Sampah berbasis android sebagai bentuk pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi dari civitas akademika Universitas Brawijaya kepada masyarakat. Tim Pengabdian ini terdiri atas dosen berbagai Fakultas dimana Rekyan sebagai ketua dari Filkom, yang beranggotakan Ayu Winna Ramadhani, S.Pi., M.Si dari FPIK, Rudianto Raharjo, ST., MT. dari FT, serta Septi Anitasari, S.Pi., MP, FPIK. Kegiatan ini juga dibantu oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai Fakultas yang merupakan anggota Kelompok Mahasiswa Membangun Desa di desa tersebut.
Sistem ini dikembangkan berbasis proses pengelolaan sedekah sampah, khususnya di Desa Kendalbulur yang dilakukan oleh Lembaga Syukuro.
“Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk menyediakan aplikasi sedekah sampah yang mudah digunakan serta lebih efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan kinerja Lembaga pengelola sampah sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah lebih baik demi bumi yang sehat,” jelas Rekyan.
Lebih lanjut Rekyan menjelaskan bahwa sistem informasi bebasis android ini juga memiliki fitur-fitur penunjang seperti update tempat sampah yang penuh atau kosong dan juga berita seputar desa, yang ke depan akan disinkronkan dengan web desa.
Untuk mencapai tujuan tersebut tim pengabdian strategis 1000 desa telah melaksanakan beberapa tahap kegiatan mulai dari menggali kebutuhan mitra, membuat perencanaan sistem yang dikoordinasikan dengan mitra. Setelah perencanaan disepakati, maka dibuat prototype sistem. Prototype yang dihasilkan dipresentasikan kepada mitra sehingga mitra bisa mengoreksi secara lebih jelas tentang apa yang dibutuhkan, mana saja yang sudah disediakan sistem dan mana yang belum. Dalam hal ini Tim pengabdian berdiskusi dan melakukan focus group discussion dengan kepala desa, perangkat desa terkait dan lembaga pengelola sampah. “Setelah sistem sesuai kami memberikan pelatihan untuk calon pengguna sistem, yaitu pengelola sedekah sampah dan masyarakat desa,” tambahnya.
Pihak desa juga merasa sangat terbantu dengan implementasi aplikasi ini. Bahkan sistem ini sebenarnya merupakan permintaan dari Bapak Anang Mustofa, SE dalam rangka inovasi infrastruktur desa mewujudkan desa bersih lingkungan. Dimana dampaknya adalah juga mengentaskan kemiskinan di desa tersebut. Beliau menyampaikan bahwa menjadi desa digital sudah merupakan tuntutan pada masa sekarang ini. Kedua desa mitra juga mengharapkan kerja sama seperti ini bisa dilanjutkan di masa mendatang sebagai bentuk kontribusi Perguruan Tinggi terhadap pembangunan desa. Aplikasi Sedekah Sampah berbasis android ini menjadi bukti bagaimana kolaborasi antara perguruan tinggi dan lembaga pendidikan dapat menciptakan solusi teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Diharapkan, proyek ini akan menjadi inspirasi bagi upaya-upaya serupa di masa depan untuk meningkatkan pembangunan desa sesuai skema pembangunan berkelanjutan. (rr)