Suntikan Semangat di Kelas Motivasi Belajar PTIIK

Suntikan Semangat di Kelas Motivasi Belajar PTIIK

Wiwin Lukitohadi, S.H., S.Psi., CHRM saat penyampaian solusiUnit Bimbingan Konseling dan Penempatan Kerja (BKPK) PTIIK UB menggelar kelas motivasi belajar bagi mahasiswa PTIIK yang memiliki nilai IPK rendah (3/5). Dalam kegiatan yang digelar di Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak PTIIK ini hadir 13 mahasiswa dimana 12 diantaranya adalah mahasiswa PTIIK UB Kediri,  dan 1 mahasiswa dari PTIIK UB Malang. Pada awal kegiatan para peserta diberikan kesempatan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Kemudian dengan dipandu oleh Wiwin Lukitohadi, S.H., S.Psi., CHRM, Ketua Unit BKPK dan Ristika Kurnia Nestiorini, SP., staff BKPK para peserta diajak untuk melakukan introspeksi diri agar dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi penghambat semangat belajarnya.

Abraham, salah seorang peserta mengaku bahwa pada awal semester dirinya susah untuk berkonsentrasi penuh pada materi perkuliahan karena masalah kesehatan. “Saya kurang bisa konsentrasi karena kalau saya kelelahan, maka penyakit darah tinggi saya terkadang bisa kambuh,” ungkapnya.

Sementara itu Dewi Enggar, peserta dari UB Kediri mengatakan bahwa jadwal kuliah yang terlalu panjang membuat dirinya kurang bisa konsentrasi dan menyerap materi perkuliahan. Hal ini semakin dirasa sulit ketika dirinya diwajibkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk. “Jadwal kuliah dari pagi hingga sore membuat saya kurang bisa konsentrasi karena terlalu capek. Jadi materi masih belum bisa saya pahami, terus ditumpuk tugas-tugas pula,” jelas Dewi.

Dwi(kanan) dibantu Hans(kiri) saat memberikan motivasi pada pesertaDari berbagai hasil penyampaian peserta tersebut, Wiwin Lukitohadi kemudian memberikan beberapa solusi untuk dapat dicoba menyelesaikan berbagai permasalahan mahasiswa. Bagi mahasiswa yang mengalami masalah kesehatan disarankan untuk kembali menilai kapasitas/ kemampuan belajarnya. Dengan mengetahui kapasitas diri sendiri, maka mahasiswa akan dapat melakukan time management untuk mengatur jadwal kegiatan, belajar dan waktu istrahatnya. “Jadi bagi yang punya masalah kesehatan. Kamu perlu mengerti dulu kapasitasmu sejauh mana. Jangan terlalu dipaksakan. Atur waktumu untuk melakukan kegiatan, belajar dan istirahat. Istirahat harus cukup. Belajar harus dilakukan secara rutin. Jadi saat akan ada ujian atau tes tidak sampai belajar berlebihan yang kemudian menyebabkan sakit,” jelas beliau.

Sedangkan untuk Dewi, diberikan masukan untuk membentuk sebuah study club bersama teman-temannya, agar dapat sharing pengetahuan dan bersama-sama memecahkan masalah dari materi perkuliahan yang kurang dipahami. “Jadi disini saya luruskan ya. Sebenarnya tugas itu diberikan oleh seorang dosen bukan tanpa tujuan. Tugas itu diberikan kepada mahasiswa untuk kembali mengingat materi yang telah diberikan diperkuliahan agar mahasiswa semakin paham. Selain itu dengan tugas, mahasiswa diajarkan untuk memiliki rasa tanggung jawab sebagai bekal untuk masuk dalam dunia kerja. Saat kalian masuk dunia kerja, kalian akan menerima tugas yang lebih banyak dari saat kuliah dan deadlinenya juga tentu lebih ketat,” jelas Wiwin.

Kelas Motivasi Belajar 2013Diakhir sesi dihadirkan juga Dwi Putranto, salah seorang mahasiswa difable penyandang tuna rungu di PTIIK Malang untuk memberikan motivasi kepada para peserta kelas motivasi belajar. Melalui Hans, interpreter yang mendampinginya, Dwi bercerita bahwa dirinya juga banyak menemui kesulitan di perkuliahan, terutama pada awal semester. Akan tetapi dengan bantuan dosen dan teman-teman di PTIIK baik sesama difable ataupun mahasiswa normal, dirinya bisa bertahan hingga saat ini melewati berbagai kesulitan yang tentunya lebih banyak dibanding mahasiswa normal. Untuk diketahui, dengan segala keterbatasannya itu Dwi tetap mampu memperoleh IPK 3.08. “Selain bantuan dari dosen dan teman-teman yang baik, saya juga terdorong untuk terus semangat belajar karena orang tua saya yang sudah bekerja keras agar saya bisa punya kesempatan untuk berkuliah. Saya jadi punya rasa tanggung jawab pada orang tua saya untuk bisa membuatnya bangga dan memenuhi kepercayaannya bahwa saya bisa melakukan semua ini. Jadi saya juga yakin teman-teman disini pasti bisa lebih baik,” ujar Hans menerjemahkan bahasa isyarat yang diberikan oleh Dwi.

Setelah sesi motivasi oleh Dwi ini para peserta nampak susah berkata-kata karena rasa haru bercampur meningkatnya semangat mereka untuk menjadi lebih baik. “Saya berterima kasih pada Dwi. Dengan melihat dia dan usahanya saya jadi merasa harus bisa lebih baik. Kalau Dwi saja bisa saya juga pasti bisa,” ujar Abraham. [dna]