PTIIK Juara Tenis Lapangan Ganda Putra Dies Natalis UB Ke – 50

PTIIK Juara Tenis Lapangan Ganda Putra Dies Natalis UB Ke – 50

 Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) menjadi juara I dalam kompetisi Tenis Lapangan untuk kategori ganda putra. Pada kompetisi yang merupakan rangkaian acara peringatan Dies Natalis Universitas Brawijaya Ke – 50 itu, Mahendra Wisnu Wardhana, S.T. (akrab dipanggil Mahe) berpasangan dengan Fajar Agung Nugroho, S. Kom (akrab dipanggil Agung). Kedua pria yang kesehariannya menjabat sebagai staff bagian Akademik PTIIK UB ini berhasil menyisihkan peserta lain yang merupakan perwakilan dari berbagai fakultas di Universitas Brawijaya.

Pada babak pertama yang digelar Senin, 17 Desember 2012, pasangan Mahe – Agung berhasil mengalahkan perwakilan dari Fakultas Kedokteran UB dengan skor akhir 8-4. Dengan berbekal kemenangan di babak awal, Mahe-Agung melaju ke babak selanjutnya yang digelar keesokan harinya. Pada Selasa, 18 Desember 2012 Mahe – Agung harus langsung menjalani 3 set berturut-turut. Pada set pertama Mahe Agung berhasil menyisihkan perwakilan FIA UB dengan skor 8-4. Set kedua juga berjalan baik untuk perwakilan PTIIK karena kembali berhasil menaklukkan perwakilan dari fakultas Pertanian UB, 8-5. Kemenangan ini kemudian membawa Mahe-Agung ke set terakhir babak final kompetisi dan mempertemukan mereka dengan Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito (Rektor UB) yang berpasangan dengan Bpk. Solekan, selaku perwakilan dari kantor pusat UB.

Pada babak akhir ini Mahe-Agung mengaku cukup kesulitan mengatasi perlawanan dari perwakilan kantor pusat. Menurut Mahe kemampuan Bpk. Yogi dan Bpk. Solekan dalam menyerang dan bertahan sangat bagus.
“Pertandingan paling sulit itu waktu final kita harus melawan perwakilan kantor pusat, bapak Rektor dan bapak Solekan. Beliau – beliau memiliki kemampuan offense dan defense yang sangat bagus,” ujar Mahe.

Selain itu, babak final terasa semakin sulit dikarenakan kedua tim juga sudah kelelahan karena sama-sama harus menjalani dua set pertandingan sebelumnya.
“Capek sekali. Karena satu hari itu kita harus bermain sampai tiga kali. Selain itu di final kita juga harus berhadapan dengan bapak Rektor dan pasangannya. Sempat ada rasa sungkan. Tapi karena kita juga mengemban tugas membawa PTIIK menang jadi kita tetap main semaksimal mungkin,” tambah Agung.

Mahe-Agung mengaku senang bisa menang dalam kompetisi ini dan membawa nama PTIIK UB agar lebih dikenal di lingkungan UB.
“Kita senang bisa menang dan membawa nama PTIIK yang program baru ini supaya bisa lebih dikenal lagi di lingkungan UB,” pungkas Mahe. (dna)