Mental Health Seminar di Filkom Talk #3
Berbeda dari seminar sebelumnya yang diselenggarakan secara luring (langsung) kali ini pada pertemuan ketiga Filkom Talk diselenggarakan secara daring melalui Zoom, Jum’at (25/11/2022). Topik yang dibahas kali ini yaitu mengenai Mental Health dengan tema “Insecurity dan Toxic Relationships Pada Generasi Muda”. Menghadirkan para psikolog yaitu Ulfa Rahma, S.Psi., M.Psi.(1) dan Elmy Bonafita Zahro, S.Psi., M.Psi.(2) bincang santai ini dihadiri sekitar 50 partisipan.
Materi pertama disampaikan oleh Elmy Bonafita Zahro yang menerangkan mengenai insecurity. Elmy berpendapat bahwa mahasiswa FILKOM yang kesehariannya berhubungan dengan computer maupun laptop atau gadget juga membutuhkan sosialisasi secara langsung dengan orang disekitar. Insecurity atau ketidaknyamanan banyak sekali dialami oleh manusia khususnya di usia remaja.
“Insecure adalah perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa cemas, takut, dan tidak percaya diri. Perasaan insecure bisa muncul terhadap pekerjaan, penampilan, dan kondisi sosial,” jelas Elmy.
Elmy juga menjelaskan bahwa insecure banyak berawal dari kondisi trauma dan kondisi sosial yang telah di observasi seperti kesalahan yang pernah dilakukan dan mendapatkan punishment atau dampak secara langsung. Insecure dapat membawa pengaruh negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk juga kesehatan mental yang perlu diwaspadai. Perasaan insecure bisa memicu kecemasan berlebihan, rasa takut, khawatir dan keraguan diri.
Salah satu tanda insecure adalah harga diri (self esteem) rendah atau citra diri yang negative, kerap berpikir buruk tentang diri sendiri atau kemampuan diri, terlepas dari usaha yang diperlihatkan ke dunia luar. Merasa insecure dengan pekerjaan dapat membuat tidak memiliki pekerjaan yang stabil karena menghindari pekerjaan (tidak hadir), ingin pindah kerja saat baru mulai menjalankannya, hingga tidak memiliki hubungan baik dengan rekan kerja.
Elmy berpendapat untuk menghilangkan perasaan insecure, sebaiknya prioritaskan untuk menghabiskan waktu luang dengan melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia, seperti melakukan hobi atau berkumpul bersama orang yang dicintai atau dengan keluarga.
“Teman-teman bisa mencoba belajar hal-hal baru yang terlihat menarik. Selain membuat bahagia, memiliki keterampilan baru juga dapat menyadarkan bahwa kalian memiliki bakat dan kemampuan yang patut dibanggakan. Ini juga dapat berkontribusi dalam menghilangkan perasaan insecure,” terangnya.
Materi kedua disampaikan Ulfa Rahma yang menjelaskan mengenai toxic relationship. Toxic relationship adalah suatu hubungan yang mana menyebabkan suatu dampak tak sehat baik itu bagi fisik maupun bagi kondisi mental seseorang. Tidak hanya pada hubungan sepasang kekasih, toxic relationship juga bisa terjadi pada lingkungan pertemanan, keluarga hingga di lingkungan kerja. Meski tampak sepele, namun dampak-dampak yang diberikan toxic relationship juga terbilang tidak baik bagi kesehatan mental maupun kesehatan fisik.
“Toxic relationship tak hanya disadari oleh diri sendiri. Terkadang ada juga orang yang bisa melihat seberapa toxic relationship dalam lingkungan tersebut. Jika dilihat dari pengertiannya, toxic relationship memang tidak bisa dibilang suatu hal yang biasa saja. Maka dari itu akan lebih baik jika kalian segera keluar dari kondisi toxic relationship jika memang sudah mengetahui adanya suatu hal yang tak sehat lagi,” terang Ulfa.
Terakhir menurut Ulfa, saat menjalin hubungan lebih dekat dengan toxic people ada baiknya berikan orang tersebut saran untuk berkonsultasi pada ahli. Sebab dalam beberapa kasus toxic people kemungkinan besar membutuhkan bantuan psikolog untuk meninggalkan sifatnya. Sebenarnya tidak masalah jika kita merasa berat harus meninggalkan teman atau rekan kerja yang toxic. Hanya saja sebaiknya usahakan untuk tetap berkomunikasi dengan teman lain yang tidak toxic. Agar kita bisa berbagi cerita atau pandangan yang lebih objektif.[drn]