Empat Peneliti FILKOM UB Masuk Daftar Top 500 Authors Indonesia Versi SINTA
Empat orang peneliti Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) berhasil masuk dalam daftar Top 500 Authors versi Science and Technology Index (SINTA) kategori 3 Years National Rank (2017-2019). Mereka adalah Dekan, Wakil Dekan I dan dua dosen atau tenaga pengajar. Berikut adalah rangkuman daftar nama dan catatan skor masing-masing peneliti FILKOM yang diumumkan Rabu (8/7/2020) melalui laman resmi SINTA http://sinta.ristekbrin.go.id/home/topauthors:
- Wayan Firdaus Mahmudy, S.Si., M.T., Ph.D. (Dekan)
Berada di posisi 59 dengan score 2909.5. Jumlah tersebut merupakan skor tertinggi author di Universitas Brawijaya versi SINTA untuk kategori 3 Years National Rank (2017-2019). (tautannya dapat diakses di sini) - Dr. Eng. Fitri Utaminingrum, S.T., M.T.
Berada di posisi 364 dengan score 1493. - Mochammad Ali Fauzi, S.Kom., M.Kom.
Berada di posisi 391 dengan score 1458.5 - Dr. Eng. Herman Tolle, S.T., M.T. (Wakil Dekan I Bidang Akademik)
Berada di posisi 500 dengan score 1315.
Capaian tersebut tentunya tidak didapat dengan cuma-cuma. Butuh kemampuan manajemen waktu dan dedikasi yang tinggi, mengingat kewajiban dosen tidak hanya di bidang penelitian saja namun juga mengajar. Terlebih lagi bagi mereka yang diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan pimpinan di fakultas.
Terkait hal ini Wayan bersedia berbagi informasi tentang bagaimana dirinya yang menjabat sebagai Dekan, masih memiliki beban mengajar dan membimbing mahasiswa tetap bisa melakukan penelitian bahkan mampu mencatatkan diri dalam daftar Top 500 Author versi SINTA kategori 3 Years National Rank (2017-2019). Wayan mengungkapkan bahwa untuk pemeringkatan versi SINTA dinilai dari kuantitas, yaitu banyaknya artikel ilmiah yang dipublikasikan dan juga banyaknya sitasi atas artikel tersebut.
“Sitasi itu paper kita dirujuk berapa kali, biasanya kalau semakin bagus tulisan kita cenderung dirujuk oleh orang lain. Sedangkan untuk publikasi saya banyak itu bukan hanya saya sendiri tetapi dibantu oleh mahasiswa S2 saya, jadi poinnya kita publikasi bersama,” ujar Wayan.
Wayan melanjutkan, hasil tesis mahasiswa yang dibimbingnya diarahkan untuk dipublikasikan ke jurnal atau ke konferensi internasional. Dalam artikel yang dipublikasikan tersebut otomatis nama pembimbing diikutsertakan karena punya kontribusi dalam penulisan. Hal ini diberlakukan Wayan ke semua bimbingannya.
“Sejak diberi jatah membimbing untuk S2 di 2014, mulai mahasiswa semester 2, saya gambarkan semacam roadmapnya. Biasanya mahasiswa sudah mulai saya beri target di semester 2 untuk penelitian kecil-kecilan yang sederhana tapi sebenarnya itu mengarah ke tesis. Begitu selesai semester 2, yang kita kerjakan satu semester itu kan bisa dipublish. Tidak semuanya bagus tapi biasanya saya bantu perbaikan penulisan, metodologinya. Saya realistis, kalau kualitas tulisan A saya harus carikan jurnal yang kualitasnya A, begitupun sebaliknya. Bagi saya itu progress, mahasiswa itu berlatih, jadi nanti ketika di semester 3 kualitas tulisannya akan meningkat,” jelas Wayan.
Proses semacam itu, Wayan lakukan dengan penuh ketelatenan sampai mahasiswa bimbingannya lulus. Oleh karena itu mahasiswa magister (S2) bimbingan Wayan akan paling tidak memiliki tiga publikasi ilmiah ketika lulus. Bahkan terkadang setelah lulus pun ada mahasiswa yang masih mengajukan publikasi ilmiah bersama. Hal ini biasanya karena subtansi tesis mahasiswa tersebut cukup bagus dan masih bisa dilakukan publikasi lagi.
Dengan cara tersebut maka kuantitas artikel yang ditulis Wayan bersama mahasiswa bimbingannya bisa mencapai lebih dari 10 artikel dalam satu tahun, bahkan kadang dapat mencapai 20 artikel. Diakui Wayan sebenarnya target publikasi mahasiswa magister untuk syarat kelulusan hanya satu publikasi di jurnal nasional. Tapi Wayan mendorong mahasiswa bimbingannya membuat publikasi ilmiah lebih banyak untuk meningkatkan nilai tawar atau daya saing mereka ketika lulus.
Disampaikan Wayan untuk bisa melakukan bimbingan pada mahasiswa secara optimal ditengah-tengah kesibukannya sebagai dekan adalah dengan memberikan bimbingan secara online melalui email bahkan jauh sebelum masa pandemi Covid-19.
“Dari dulu saya jarang sekali bimbingan secara langsung. Bimbingan ketemu itu menghabiskan waktu menurut saya. Paling tidak butuh setengah jam atau kadang bisa satu jam untuk satu mahasiswa saja. Saya tidak begitu. Saya bimbingan lewat email. Jadi mereka bisa kirim naskah kapanpun pokoknya pagi saya periksa. Jadi biasanya datang pagi saya pertama kali ngecek email bimbingan skripsi ataupun thesis. Kan efisien. Paling satu naskah itu tidak sampai 10 menit. Dalam satu jam saja bisa menyelesaikan enam naskah. Sama-sama senang kan. Saya waktunya nggak banyak terganggu, mahasiswa juga mohon maaf tidak perlu ritual menunggu dosen pembimbing. Kecuali kalau memang saya perlukan untuk klarifikasi, saya panggil mahasiswanya untuk menemui saya. Pertemuan itu juga efektif dan tidak lama karena saat itu topik yang mau kita bahas itu sudah jelas. Kalau sekarang masa pandemi paling saya telpon untuk klarifikasi,” jelas Wayan. [meg/dna]
Sumber: hasil interview bersama jurnalis kanal24.co.id, http://sinta.ristekbrin.go.id/