Halal Bihalal 1 Syawal 1440 H/2019 M Keluarga Besar FILKOM UB

Halal Bihalal 1 Syawal 1440 H/2019 M Keluarga Besar FILKOM UB

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB) menyelenggarakan kegiatan Halal Bihalal 1 Syawal 1440 H/2019 M pada Selasa (18/6/2019) di gedung G lantai 2 FILKOM UB. Halal Bihalal ini dihadiri oleh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, laboran, perwakilan mahasiswa serta para purna tugas. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan Tilawah yang dibawakan oleh mahasiswa FILKOM dan dilanjutkan dengan pemutaran video sambutan dari M. Ali Fauzi, S.Kom, M.Kom selaku ketua pelaksana yang saat kegiatan tidak dapat hadir dikarenakan harus menjalani studi lanjutnya. Kemudian dilanjutkan sambutan oleh dekan FILKOM Wayan Firdaus Mahmudy, S.Si, M.T, Ph.D. yang menyampaikan bahwa dirinya beserta jajaran pimpinan FILKOM menyampaikan maaf kepada seluruh keluarga besar FILKOM atas segala kesalahan yang mungkin telah diperbuat.

“Kami pimpinan jelas memiliki kesalahan yang paling besar karena apa yang kami putuskan dampaknya pasti langsung banyak berpengaruh pada lebih dari 200 dosen dan karyawan disini. Karena itu di kesempatan ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya,” ujar Wayan.

Setelah sambutan, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi kajian yang disampaikan oleh Ustadz H. Haidlorillah Hannan dari Pondok Pesantren Al Falah Krebet Bululawang. Tema yang diangkat pada kajian tersebut adalah Buah Ramadhan: Etika Bergaul dengan Allah SWT, Sesama Manusia dan Diri Sendiri. Dalam kajian tersebut Ustadz Haidlorillah menyampaikan bahwa bagi semua yang telah mengimani bahwa Allah adalah Dzat yang Rohman dan Rohim pasti akan mudah menerima apapun yang diputuskan Allah. Rahmat dan kasih sayang Allah tidak pernah putus pada makhluk-Nya. Bahkan sangat banyak nikmat Allah yang diberikan pada makhluk-Nya sehingga tidak ada satu manusiapun yang bisa menghitung berapa banyak nikmat yang diberikan Allah. Kasih sayang Allah kepada hamba-Nya bahkan disebutkan jauh lebih besar daripada kasih sayang ibu yang penyayang kepada putra satu-satunya. Oleh karenanya tidak ada alasan bagi hamba Allah untuk curiga dengan segala keputusan Allah.

“Karena Allah juga Dzat yang maha bijaksana. Jadi segala keputusan Allah itu pasti tepat dan tidak ada yang salah. Kita saja yang sering kali tidak bisa menerima keputusan Allah. Seharusnya kita harus selalu yakin bahwa keputusan-Nya selalu tepat untuk kebaikan makhluk-Nya. Sikap patuh pada apapun yang diputuskan oleh Allah SWT itu adalah sifat yang harus dimiliki oleh mereka yang mengaku beriman kepada Allah,” jelas Ustadz Haidlorillah.

Selanjutnya menjelaskan tentang sikap saat bergaul dengan sesama manusia, Ustadz Haidlorillah menyampaikan bahwa sikap yang harus dimiliki adalah sikap saling menasehati. Tidak ada gunanya jika memiliki teman namun tidak ada semangat saling mengingatkan atau saling menasehati. Disadari bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan. Namun biasanya jarang seseorang bisa menyadari kesalahannya sendiri dan teman yang sering kali lebih tahu kekurangannya. Tapi kenyatannya jarang ada orang yang diingatkan orang lain kemudian mengungkapkan terima kasih. Sering kali saaat seseorang diingatkan malah merasa direndahkan. Sifat seperti itu harus diperbaiki.

“Kita harus memelihara sifat mau menasehati dan mau menerima nasehat. Bahkan atlet profesional seperti Mike Tyson juga memiliki pelatih yang bertugas melihat titik kekurangan dan kesalahannya saat bertanding. Pelatihnya bahkan dibayar mahal untuk memberitahu kesalahannya itu,” ujar Ustadz Haidlorillah.

Meski demikian Ustadz Haidlorillah juga menambahkan bahwa saat mengingatkan kesalahan seseorang itu harus saat orang itu sedang sendirian. Bahkan rasul juga tidak pernah menyebutkan nama orang yang melakukan kesalahan.

“Jadi saat kita mau mengingatkan kebaikan harus dengan cara yang baik. Kemudian melarang kemungkaran itu tidak boleh dengan cara mungkar. Kadang-kadang orang itu menolak kebaikan bukan karena kebaikannya tapi caranya kebaikan itu disampaikan yang ditolak,” tambah Ustadz Haidlorillah.

Terakhir, Ustadz Haidlorillah menjelaskan mengenai bagaimana sikap yang seharusnya saat bergaul dengan diri sendiri. Disebutkannya bahwa jangan bergaul dengan nafsu diri sendiri, karena nafsu itu mengajak kepada keburukan. Menjadi sulit untuk dihindari karena sering kali keburukan itu selalu yang kita senangi. Untuk menjinakkan nafsu itu maka di bulan Ramadhan diajarkan untuk mengendalikan nafsu dan masih ditambahkan kewajiban untuk beribadah lebih dari hari biasanya. Dengan adanya bulan Ramadhan akan membantu seseorang untuk bisa memperbaiki jiwanya.

“Jiwa orang yang sakit akan selalu merasa tidak pernah merasa bersalah. Sedangkan jiwa orang yang sehat adalah jiwa yang tenang, mutmainnah dan tidak ada nafsu amarah. Dengan adanya Ramadhan ini setidaknya harus ada peningkatan perbaikan jiwa dan dilanjutkan di Syawal harus ada peningkatan amal ibadah dibanding bulan-bulan sebelumnya,” ujar Ustadz Haidlorillah. [dna]