Penerapan Program Fisheries Cooperative Kepada Masyarakat Tunakarya Kabupaten Gresik

Penerapan Program Fisheries Cooperative Kepada Masyarakat Tunakarya Kabupaten Gresik

Untuk membantu menuntaskan permasalahan tunakarya di Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menjalankan sebuah program yang diberinama FISHCO (Fisheries Cooperative). Mereka adalah Zahrotul Firdausi (FTP/2017), Aizzatur Rohmah (FPIK/2015), Ya’qub Al Kindi (FILKOM/2017), Syarifah Rahmatal Alam (FIB/2015), Mohammad Khaufilla (FILKOM/2016).

Dijelaskan oleh Aizzatur bahwa dari hasil penelitian timnya, desa Randuboto adalah tempat yang memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) melimpah khususnya ikan pari. Dalam kegiatan kesehariannya, keluarga nelayan yang menganggur dan belum berpenghasilan mengumpulkan ikan hasil tangkapan nelayan berupa ikan pari dengan berat rata-rata 300 kg/hari. Namun karena belum adanya sarana dan pengetahuan yang memadai, maka pengelolaan ikan dan prinsip KUB (Kelompok Usaha Bersama) nelayan yang mereka gagas belum terlaksana dengan baik. Ikan pari hasil tangkapan nelayan langsung dijual ke pasar dengan harga standar.

Oleh karena itu program FISHCO dijalankan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat tunakarya Desa Randuboto, melalui pemanfaatan ikan pari yang melimpah untuk diaplikasikan pada usaha katsuobushi (makanan awetan dari ikan yang berbentuk seperti serutan kayu) dan kerupuk kulit ikan. Selanjutnya produk tersebut dipasarkan dengan aplikasi marketing. Metode pelaksanaan dari program ini meliputi: 1) Persiapan yakni perizinan lokasi dan diskusi 2) Pelaksanaan meliputi Diskusi program, pendampingan pembuatan produk katsuobushi, pendampingan pemasaran produk perikanan, 3) Monitoring evaluasi, 4) Kerjasama stakeholder untuk pengembangan program, 5) Penyusunan laporan. Waktu pelaksanaan pengabdian ini mencapai 5 bulan, dimulai dari bulan April 2018 hingga bulan Juli 2018.

Pada tahap awal diskusi program bertujuan untuk menyatukan pemahaman tentang teknis pelaksanaan program. Pada tahap ini, juga dilakukan pembagian kuisioner untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat sasaran dalam mengolah potensi lokal SDA Desa Randuboto. Selain itu, juga dilakukan pengkaderan mitra pelaksana program yang kebanyakan adalah ibu-ibu istri nelayan. Tahap selanjutnya pendampingan pembuatan Katsuobushi dan kerupuk kulit ikan pari. Pada tahap ini para peserta program diajarkan cara membuat Katsuoboshi dan kerupuk ikan pari. Dijelaskan oleh Aiz cara pembuatan katsuobushi dimulai dengan mencuci bersih ikan pari untuk dipilah daging, tulang dan kulitnya. Kemudian dilakukan pengasapan pada daging ikan pari selama 2 jam dan dilanjutkan penggaraman hingga 20 menit. Kemudian dikeringkan selama 4 hari hingga menyerupai kayu keras. Setelah itu dilakukan penyerutan dan dimasukkan ke dalam kemasan. Jenis kemasan katsuobushi ada 3 yaitu kemasan plastik seperti oleh-oleh khas Desa Randuboto, kemasan aluminium dan kemasan botol.

Sementara itu proses pembuatan produk kerupuk kulit ikan pari diawali dengan pemilahan kulit ikan pari yang tebal dan tipis. Kulit ikan pari yang tebal akan didistribusikan ke perusahaan pengolahan dompet di Surabaya, sedangkan kulit ikan pari yang tipis diolah menjadi produk kerupuk kulit ikan pari. Kemudian dilakukan pencucian dan pemotongan menjadi bentuk segiempat. Selanjutnya dilakukan pengeringan selama 4 jam menggunakan panas matahari. Kemudian dilakukan proses penggorengan dan dimasukkan ke dalam kemasan.

Setelah dapat membuat produk katsuobushi dan kerupuk kulit ikan, kemudian peserta program diajarkan tentang Digital Business Intelligent melalui aplikasi FISHCO yang telah dibuat Aiz dan tim. Pemasaran dengan memanfaatkan Digital Business Intelligent dilakukan untuk mempermudah pemasaran di era global. Pemasaran diawali dengan memberikan motivasi berwirausaha dan penjelasan mengenai aplikasi marketing FISHCO pada peserta. Aplikasi FISHCO memiliki beberapa fitur meliputi menu pemantauan dan menu jual beli. Aplikasi ini memiliki sistem terintegrasi antara tim FISHCO yang terdiri atas Aiz dan kawan-kawan sebagai pemantau program, nelayan sebagai produsen dan masyarakat umum sebagai konsumen. Untuk proses bisnis yang dilakukan dimulai ketika nelayan memasukkan detil produknya ke dalam aplikasi FISHCO untuk dijual ke masyarakat luas. FISHCO sebagai pihak ke-3 juga berfungsi sebagai pengolahan rekening bersama. Selain itu terdapat juga fitur forum sebagai wadah bagi nelayan untuk melakukan diskusi antar anggota nelayan yang tergabung. Nelayan juga memiliki hak untuk membuat forumnya sendiri secara pribadi. Forum ini dibuat dengan tujuan untuk memudahkan tim FISHCO untuk memantau kegiatan masyarakat di Desa Randuboto.

“Diharapkan dengan adanya pengembangan program yang didukung oleh para mitra ini, Desa Randuboto akan menjadi desa yang bebas masyarakat tunakarya dengan masyarakatnya yang sejahtera,” jelas Aiz.

Untuk diketahui, pelaksanaan program FISHCO mendapatkan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat (PKMM) yang diajukan tahun 2017 dan didanai tahun 2018.