Audiensi Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Pengembangan Budaya: FILKOM UB Dukung Pelestarian Warisan Budaya Melalui Inovasi Digital

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) terus memperkuat kontribusinya dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pelestarian dan pengembangan budaya Indonesia. Pada Jumat (31/10/2025), FILKOM UB mengikuti Audiensi Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pengembangan Budaya yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, bertempat di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya. Kegiatan ini difasilitasi oleh Sekretaris Universitas Brawijaya, Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P., M.Si. Dalam audiensi tersebut, FILKOM UB diwakili oleh tim pengembang Aplikasi Batik Generatif Modern yang dipresentasikan oleh Dr. Eng. Irawati Nurmala Sari, S. Kom. M. Sc., mewakili Dr. Eng. Novanto Yudistira, S.Kom., M.Sc. Serta tim pengembang Aplikasi Rekonstruksi Digital 3D Candi di Malang Raya yang dipaparkan oleh Agung Setia Budi, S.T., M.T., M.Eng., Ph.D.. Hadir pula perwakilan dari Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, di antaranya Vera Imelda, S.Sos., M.Pd. (Pamong Budaya Ahli Madya), Zannita Faranny, S.Sos. (Pamong Budaya Ahli Muda), Munari Nurlatiefah, S.Sos., M.Si. (Pamong Budaya Ahli Muda), bersama sejumlah akademisi dan praktisi seperti Kresno Brahmantyo (Universitas Indonesia) dan Ricky Pesik (Injourney Tourism Development Corporation / ITDC). Pertemuan ini juga dihadiri oleh Andi Syamsu Rijal, S.S., M.Hum. (Direktur Pengembangan Budaya Digital) dari Kementerian Kebudayaan.
Presentasi Aplikasi Batik Generatif Modern dibuka oleh tim FILKOM dengan pemaparan visi dan aspek teknis aplikasi. Aplikasi ini menggabungkan prinsip-prinsip estetika batik tradisional dengan pendekatan AI generatif untuk menghasilkan motif yang tetap memuat karakter budaya asalnya. Aplikasi tersebut telah memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan meraih DEKRANASDA Award 2025—menjadi bukti pengakuan atas nilai inovatif dan budaya yang dihadirkan.
“Algoritma generatif yang kami kembangkan adalah refleksi dari cara berpikir kreatif manusia. Dengan memanfaatkan AI, pola dan motif batik dapat dikembangkan tanpa meninggalkan karakter budaya aslinya,” jelas Dr. Irawati.

Presentasi Aplikasi Restorasi Candi di Malang Raya dilanjutkan oleh tim restorasi yang memaparkan metodologi digitalisasi dan pemodelan tiga dimensi (3D) pada situs-situs cagar budaya di Malang Raya. Tim menekankan proses yang teliti dalam pengambilan data untuk memastikan setiap relief, struktur, dan ornamen tercatat secara akurat. Hasil digitalisasi ini memungkinkan pembuatan anotasi pada tiap relief sehingga narasi sejarah dapat disusun dan dieksplorasi secara interaktif oleh masyarakat dan peneliti—tanpa harus hadir langsung di lokasi.
“Kami memastikan aspek teknis digitalisasi sudah matang terlebih dahulu sebelum menyusun narasi. Setiap relief dapat diberi anotasi dan diurutkan sehingga alur ceritanya dapat disesuaikan dengan sejarah yang ada secara digital. Dengan begitu, pembelajaran budaya menjadi lebih mudah diakses,” ujar Dr. Agung, pengembang Aplikasi Rekonstruksi Digital 3D Candi di Malang Raya.
Selama sesi diskusi, tim juga membagikan pengalaman lapangan—termasuk perizinan pengambilan data dan kolaborasi dengan komunitas lokal—serta rencana pengembangan lanjutan agar data digital dapat diperkaya dengan narasi sejarah dan konteks budaya. Contoh situs yang menjadi fokus digitalisasi antara lain Candi Jago dan Candi Badut.
Menanggapi paparan tersebut, Andi Syamsu Rijal, Direktur Pengembangan Budaya Digital, menyampaikan dukungan dari Kementerian Kebudayaan untuk melanjutkan dan memperluas hasil inovasi.
“Kami menyambut dengan antusias inovasi-inovasi dari FILKOM UB. Kedua aplikasi—Aplikasi Batik Generatif Modern dan Aplikasi Restorasi Candi di Malang Raya—memiliki potensi kuat untuk menerima dukungan dan tindak lanjut dalam skema bantuan riset dan pengembangan budaya digital. Kami akan memfasilitasi langkah-langkah kolaboratif agar inovasi ini bisa diimplementasikan lebih luas demi kepentingan pelestarian budaya,” tutur Andi Syamsu Rijal.
Audiensi ini mempertegas sinergi antara akademisi, pemerintah, dan komunitas budaya dalam mendorong transformasi digital kebudayaan. FILKOM UB menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan solusi teknologi yang tidak hanya unggul secara ilmiah, tetapi juga berdampak nyata bagi pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa. (rr)