Kuliah Tamu FILKOM UB Bahas openEO dan Prinsip FAIR Bersama University of Twente, Belanda

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) menghadirkan kuliah tamu dengan narasumber Assoc. Prof. Dr. Serkan Girgin dari University of Twente, Belanda. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (24/10/2025), bertempat di Teater Heuristic, FILKOM UB, dan berlangsung dalam dua sesi. Sesi pagi mengangkat topik Introduction to openEO (Earth Observation) for Cloud-based Geoprocessing, turut didampingi oleh Ketua International Relations Office (IRO), M. Ali Fauzi, S.Kom., M.Kom., Ph.D. Sebelum memulai sesi kuliah tamu, Dr. Serkan memberikan penjelasan singkat terkait studi di University of Twente, mencakup peluang studi lanjut, kolaborasi riset, serta dukungan fasilitas akademik bagi mahasiswa internasional. Ia menjelaskan berbagai program magister dan doktoral yang ditawarkan University of Twente, termasuk skema beasiswa kompetitif yang dapat diakses oleh mahasiswa FILKOM UB. University of Twente secara aktif membuka peluang bagi mahasiswa dari Indonesia untuk melanjutkan studi sekaligus berpartisipasi dalam proyek riset kolaboratif lintas negara.
Dalam sesi kuliah tamu, Assoc. Prof. Dr. Serkan Girgin menjelaskan bahwa openEO adalah alat bantu berbasis cloud yang memudahkan siapa saja—baik peneliti maupun pengguna umum—untuk mengakses dan mengolah data satelit tanpa perlu mengunduh file besar. Dengan openEO, pengguna dapat melakukan pemetaan atau analisis lingkungan secara praktis dan efisien, cukup melalui kode sederhana di Python, R, atau JavaScript. Ia juga memperkenalkan konsep dasar proyeksi peta dan tantangan dalam merepresentasikan bentuk bumi secara akurat. Secara matematis, tidak mungkin mengubah bentuk bola (sphere) menjadi bidang datar tanpa mengalami distorsi. Oleh karena itu, peta yang kita lihat merupakan hasil proyeksi, yaitu proses memetakan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.
“Dalam proses proyeksi tersebut, akan selalu ada aspek yang hilang. Beberapa sistem proyeksi berusaha mempertahankan sudut atau bentuk, sementara yang lain mempertahankan luas area atau jarak. Misalnya, proyeksi yang mempertahankan sudut akan mampu menampilkan bentuk suatu wilayah, seperti pulau-pulau di Indonesia, dengan proporsi yang tampak benar. Namun, hal itu mengorbankan akurasi area—ukuran luasnya tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, ada proyeksi yang menjaga agar luas area tetap akurat, tetapi bentuk wilayahnya menjadi terdistorsi,” urai Dr. Serkan.

Ia menambahkan bahwa berbagai jenis proyeksi peta memiliki karakteristik dan tujuan berbeda, tergantung pada kebutuhan analisis. Peserta kuliah tamu diajak memahami bahwa di balik setiap peta digital modern, terdapat kompromi ilmiah antara bentuk, jarak, dan area yang perlu disesuaikan dengan tujuan analisis geokomputasi.
Sesi siang dilanjutkan pukul 12.45–15.00 WIB, juga bertempat di Teater Heuristic, dengan topik Fundamentals of Research Data Publishing Following FAIR Principles. Sesi ini dipandu oleh Nur Hazbiy Shaffan, S.T., M.T. Dr. Serkan menekankan pentingnya penerapan prinsip FAIR (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable) dalam pengelolaan dan publikasi data penelitian. Keterbukaan dan keterlacakan data merupakan pilar penting dalam memastikan integritas dan keberlanjutan ilmu pengetahuan. Prinsip FAIR dapat diintegrasikan dalam proses penelitian, mulai dari pengumpulan, penyimpanan, hingga diseminasi data. Hal ini berguna untuk meningkatkan kolaborasi akademik dan kredibilitas ilmiah di tingkat global. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya FILKOM UB untuk memperkuat jejaring internasional, memperkuat peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan global, sekaligus membuka ruang dialog yang lebih luas antara sivitas akademika dan pakar internasional. Dengan menghadirkan pakar dari University of Twente, Belanda, diharapkan mahasiswa dan dosen memperoleh wawasan terbaru mengenai teknologi komputasi awan, pengolahan data spasial, serta tata kelola data riset yang beretika dan berkelanjutan. (rr)