FILKOM UB Gelar Pelatihan Pengambilan Dataset Biometrik (IRIS) Bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Laboratorium Komputasi Cerdas (KC) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) mengadakan Pelatihan Pengambilan Dataset Biometrik (Iris) selama dua hari (28/08 – 29/08/2025). Kegiatan diadakan di gedung F, FILKOM UB ini menghadirkan dua narasumber dari Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (RKAKS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pertama, Dr. Eng. Anto Satriyo Nugroho, B.Eng., M.Eng., selaku Kepala Pusat RKAKS BRIN dan kedua, Yuki Istianto, S.Kom., M.Sc., dari Tim Pusat RAKS BRIN. Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Ir. Arief Andy Soebroto, S.T., M.Kom., menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah lanjutan dari penandatanganan dua Perjanjian Kerjasama (PKS) Riset yaitu Bidang Riset Biometrik dan Bidang Sains Data di tahun 2024, antara FILKOM UB dengan BRIN (https://filkom.ub.ac.id/2024/10/04/peningkatan-kinerja-filkom-ub-melalui-penandatanganan-dua-pks-riset-dengan-brin/).
“Harapannya dari pelatihan ini peserta mendapat materi mengenai dasar-dasar biometrik iris, keunggulan serta tantangan dalam pengumpulan dataset. Juga memperkuat riset di bidang kecerdasan buatan dan keamanan siber, sekaligus memperluas jejaring akademik FILKOM UB dengan BRIN,” harap Aan, panggilan Dr. Andy.
Dekan FILKOM UB, Ir. Tri Astoto Kurniawan, S.T., M.T., Ph.D., IPM., dalam sambutan pembukaan kegiatan, menyambut baik pelatihan dua hari ini. Beliau mengatakan, bahwa hampir semua aspek kehidupan kita itu sudah melibatkan teknologi informasi termasuk di dalamnya adalah data biometric.
“Data dan informasi, termasuk data biometrik, kini telah menjadi ‘the new oil’—sumber daya paling berharga di era digital. Jika dahulu minyak bumi menjadi penopang kekuatan ekonomi dan geopolitik, maka saat ini informasi memegang peran sentral dalam menentukan arah pembangunan dan kedaulatan suatu negara. Seiring dengan semakin meluasnya penerapan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan sidik jari pada smartphone untuk keamanan ganda, penting bagi kita untuk memahami secara teknis bagaimana data biometrik diakuisisi dan dikelola secara aman dan efisien. Pelatihan ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat kapasitas FILKOM UB di bidang tersebut,” jelas beliau.

Pada sesi materi, Dr. Anto menerangkan sejarah dan perkembangan penggunaan selaput mata hingga menjadi data biometrik. Pada awalnya identifikasi melalui mata hanya terbatas pada pengamatan visual dalam bidang medis dan forensik. Namun, seiring kemajuan teknologi optik dan algoritma pengenalan pola, selaput mata, khususnya iris, diidentifikasi memiliki karakteristik unik yang tidak berubah sepanjang hidup seseorang.
“Paten pertama terkait teknologi pengenalan iris dimiliki oleh John Daugman pada tahun 1994. Ia mengembangkan algoritma ‘iris code’ yang menjadi dasar sistem biometrik modern. Teknologi pemindaian iris mulai dikembangkan secara serius pada awal 1990-an, dan kini telah menjadi salah satu metode autentikasi biometrik yang paling akurat,” ujar Dr. Anto.
Dalam sesi tanya jawab, Dr. Anto menjawab pertanyaan terkait teknologi pengambilan iris mata apakah aman dari pemalsuan atau Rekayasa Digital (deep fake biometrics).
“Tentang deep fake biometrics iris memang tidak mudah kita mengatasinya, tetapi untuk mengubah iris tidak semudah kalau kita mengubah data sidik jari. Data sidik jari itu bisa diubah, seperti yang sudah terjadi, tahun 1930-an, sidik jari dirusak dengan cairan asam sehingga pola sidik jarinya berubah dan tidak terlacak. Mengubah data sidik jari itu relatif lebih mudah, tetapi selaput mata atau iris itu sangat sulit, karena mengubah iris atau fake iris, risikonya nyawa. Jadi tidak mudah orang untuk melakukan perubahan terhadap iris, operasi semacam itu sangat riskan dilakukan, karena berhubungan dengan nyawa,” jelas beliau.

Pada sesi selanjutnya, Yuki menambahkan, dataset biometrik yang berkualitas tinggi sangat penting untuk mendukung penelitian dan pengembangan sistem keamanan digital. Dalam sistem keamanan modern, data iris digunakan untuk verifikasi identitas di berbagai sektor, mulai dari perbankan, imigrasi, hingga perangkat mobile. Pelatihan hari kedua difokuskan pada praktik langsung pengambilan citra iris menggunakan perangkat khusus. Peserta juga diperkenalkan pada proses preprocessing citra, seperti normalisasi dan cropping. Pelatihan ini dihadiri oleh ketua Laboratorium KC, Dr.Eng. Novanto Yudistira, S.Kom., M.Sc., moderator pelatihan Naser Jawas S.T., M.Kom., Ph.D., dan bertindak sebagai pembawa acara Yuita Arum Sari, S.Kom., M.Kom., Ph.D., mahasiswa dan dosen yang memiliki minat dalam bidang biometrik dan keamanan siber. (ats/nas/rr)