FILKOM Adakan Kuliah Tamu Green Information System

Prof. Juliana Sutanto dari Monash University, Australia memberikan kuliah tamu tentang Green Information System bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) via Google Meet pada 26 Mei 2025. Kuliah tamu ini adalah rangkaian dari Program Visiting Professor dan Dosen Praktisi 3 in 1 Mata Kuliah Sistem Informasi Berkelanjutan (SIB) dengan dosen pengampu Intan Sartika Eris Maghfiroh, S.E., M.B.A. Mengawali pemaparannya, Prof. Juliana Sutanto menjelaskan tentang perbedaan antara Green Information Systems (Green IS) dan Green Information Technology (Green IT). Beliau menjelaskan bahwa Green IT berfokus pada upaya mengurangi dampak lingkungan dari perangkat keras, pusat data, dan sistem teknologi melalui efisiensi energi dan pengelolaan limbah elektronik. Sementara itu, Green IS menitikberatkan pada bagaimana sistem informasi dapat dimanfaatkan secara aktif untuk mendukung praktik keberlanjutan lingkungan, misalnya dengan membangun agen digital yang mendorong konsumen untuk mau memilih produk-produk yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu hambatan besar dalam mewujudkan dampak nyata dari kesadaran lingkungan adalah adanya attitude-behaviour gap, yaitu kesenjangan antara sikap positif terhadap keberlanjutan dan perilaku aktual yang dijalankan masyarakat. Meskipun banyak individu dalam masyarakat yang menunjukkan kepedulian terhadap isu lingkungan, kenyataannya pilihan mereka dalam berbelanja masih lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga atau kenyamanan. Masyarakat sering kali mengklaim bahwa isu tentang menjaga keberlanjutan lingkungan penting, namun ketika harus melakukan pengorbanan seperti membayar lebih, mereka cenderung memilih produk yang tidak ramah lingkungan.

Karena fenomena ini, Prof. Juliana Sutanto bersama rekan-rekannya melakukan penelitian pada platform belanja daring dengan pendekatan Fogg’s Behavioral Model. Model ini menjelaskan bahwa perilaku dapat terjadi jika terdapat tiga elemen: motivasi, kemampuan, dan pemicu (trigger). Berdasarkan kondisi motivasi dan kemampuan konsumen, jenis pemicu yang dimunculkan pada aplikasi atau platform harus disesuaikan. Pemicu ini bisa berupa deskripsi pada pilihan produk atau notifikasi yang muncul jika konsumen memilih produk yang kurang ramah lingkungan. Misalnya, pada konsumen dengan kemampuan tinggi namun motivasi rendah dalam memilih produk ramah lingkungan, maka diperlukan pemicu jenis spark yang membangkitkan minat. Sebaliknya, pada konsumen yang sudah sangat termotivasi, cukup dengan pemicu berupa reminder atau pengingat untuk mendorong keputusan pembelian yang lebih ramah lingkungan.
Penelitian Prof. Juliana juga menguji hipotesis melalui eksperimen stated choice, di mana responden dihadapkan pada berbagai pilihan produk dengan atribut yang berbeda, termasuk sertifikasi organik, fair trade, dan bebas gluten. Hasilnya menunjukkan bahwa desain aplikasi digital yang dirancang dengan mempertimbangkan kondisi motivasi dan kemampuan konsumen dapat secara efektif mengarahkan mereka untuk memilih produk yang lebih ramah lingkungan, bahkan saat terdapat perbedaan harga. Ini membuktikan bahwa Green IS, ketika dikembangkan dengan pendekatan persuasif yang tepat, mampu memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan perilaku masyarakat yang lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. [dna]