Inklusivitas dan Kontribusi IT dalam MMD FILKOM Tahun 2025

Pembekalan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB), telah memasuki tahap ke tiga. Kegiatan pembekalan yang dilaksanakan di Auditorium Algoritma, FILKOM UB ini juga diikuti oleh empat mahasiswa differently abled (difabel), mereka adalah Abdul Hakim Sidik Lessy (‘23 – TKOM) dan Birendra Syaifullah Wicaksono (‘22 – SI), Yohanes Andri Bobola (‘23 – SI) dan Muhammad Omar Haqqi (‘23 – TIF). Bertugas sebagai pendamping nantinya, adalah Bintang Ula (‘23 – TIF) dan Shatara Belva Maritza (‘23 – TIF).
Ketua Pelaksana MMD FILKOM UB tahun 2025, Hariz Farisi, S.Kom., M.T., mengatakan keikutsertaan mahasiswa difabel (madif) dalam kegiatan MMD, menunjukkan komitmen FILKOM UB dalam menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dan berkembang.
“Panitia berusaha memberikan kemudahan untuk madif yang mengikuti MMD tahun 2025 ini. Kami beruntung juga, tahun ini ada mahasiswa pendamping madif dari FILKOM yang juga mengikuti MMD. Dengan pendampingan ini, madif dapat mengikuti pembekalan dengan optimal, sehingga mereka dapat memahami pemberian materi saat pembekalan. Pendekatan inklusif yang FILKOM lakukan ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai keberagaman dan kesetaraan di komunitas akademik FILKOM,” jelas Hariz.
Birendra Syaifullah Wicaksono, madif, peserta MMD, menyampaikan, dirinya mendapatkan fasilitas pendamping, agar memahami materi pembekalan MMD.
“Ke depannya, semoga diberikan disability awareness untuk teman tuli. Komunikasi yang pakai untuk disampaikan dalam pembekalan MMD, apa? Apakah ketik atau bahasa isyarat? Sehingga materi yang tersampaikan inklusi bagi madif,” jelas Birendra.
Yohanes Andri Bobola, menyampaikan, teman dalam kelompok MMD sangat baik, mereka sangat membantu dan juga memperhatikan dirinya,
“Komunikasi dengan teman sekelompok sudah sangat baik, mereka tidak melihat adanya keterbatasan fisik saya. Teman teman sangat cooperative juga welcome dengan kehadiran saya,” ujar Andri.
Muhammad Omar Haqqi, menyampaikan, dukungan FILKOM dengan menyediakan posisi di depan sehingga bisa lebih jelas melihat dan mendengarkan materi sangat membantu dirinya.

“Koordinator desa dalam MMD sangat membantu saat ada pertemuan kelompok. Juga menyampaikan kebutuhan saya ke koordinator desa dan akan lanjut disampaikan ke dosen pembimbing sehingga mereka bisa menyesuaikan hal-hal yang diperlukan di desa sesuai kebutuhan saya,” ujar Omar.
Abdul Hakim Sidik Lessy, menyampaikan dalam kelompok, dirinya selalu aktif bertanya, agar dirinya tidak lost selama pembekalan MMD.
“Harapan saya untuk MMD selanjutnya, tersedianya notulensi untuk materi yang telah disampaikan oleh pemateri. Madif diberikan pendamping dan duduk di baris depan agar bisa fokus,” ujar Abdul Hakim.
Sementara itu, Bintang dan Shatara mengatakan, tugas pendamping bagi madif saat pembekalan MMD, menggunakan typist dan bahasa isyarat sederhana bagi teman tuli. Sehingga memudahkan komunikasi dengan teman kelompok.
“Kami berharap, di rangkaian-rangkaian MMD selanjutnya, makin aksesibel untuk madif. Juga perlunya pemberian materi disability awareness bagi mahasiswa. Memahami ragam disabilitas (seperti fisik, sensorik, intelektual, mental, dan lainnya),” Jelas Bintang dan Shatara.
Hariz berharap, dengan bekal ilmu komputer dan teknologi, pada MMD FILKOM UB tahun 2025 mahasiswa mampu merancang aplikasi, sistem informasi, dan alat digital yang membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Lulusan FILKOM UB nantinya kompeten secara teknis, tetapi juga menjadi individu yang peduli terhadap pembangunan berkelanjutan dan inklusif di Indonesia. (rr)