Sosialisasi Fast Track Program Magister Ilmu Komputer FILKOM UB

Sosialisasi Fast Track Program Magister Ilmu Komputer FILKOM UB

dok. PSIK FILKOM UB

Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komputer (MILKOM), Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB) menggelar Sosialisasi Fast Track Program, pada Sabtu (10/05/2025). Sosialisasi dipandu oleh Sabriansyah Rizqika Akbar, S.T., M.Eng., Ph.D., selaku Ketua Prodi MILKOM FILKOM UB. Sabriansyah menjelaskan bahwa teknologi cerdas seperti Artificial Intelligence (AI) dan sistem otomatisasi bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan utama dalam menyelesaikan masalah nyata. Lebih lanjut dalam pemaparan kurikulum program, Sabriansyah menjelaskan MILKOM hadir dengan kurikulum yang dirancang untuk mencetak lulusan yang unggul di bidang teknologi pintar.

Dalam era transformasi digital yang semakin cepat, teknologi pintar bukan hanya soal AI, tapi bagaimana kita merespons masalah secara efisien dengan pengetahuan dan teknologi yang tepat,” ujar Sabriansyah.

Kurikulum MILKOM FILKOM UB mencakup 55 SKS selama empat semester, dengan fokus pada penguasaan teori dan praktik teknologi pintar seperti AI, machine learning, multimodal data processing, dan cyber-physical systems. Mahasiswa juga dibekali soft skill seperti kepemimpinan dan manajemen teknologi, serta kemampuan publikasi ilmiah. Program ini menekankan kolaborasi lintas disiplin seperti Teknik Informatika, Sistem Informasi, dan Teknologi Pendidikan, agar mahasiswa mampu menghasilkan solusi menyeluruh dari hulu ke hilir.

 Dalam sesi alumni talk, Blessius Sheldo Putra Laksono, S.T., M.Kom., (alumnus Fast Track) angkatan ke-10 dan kini menjabat sebagai Computer Vision Lead di CAT IT Consultant Asia—berbagi pengalamannya. Ia menekankan pentingnya pendidikan magister untuk bertahan dan unggul di dunia industri.

dok. PSIK FILKOM UB

“Gelar master memberi keunggulan kompetitif. Dalam 10 bulan, saya dipromosikan jadi AI Lead karena kredibilitas yang dibangun sejak kuliah. Saya juga memimpin proyek-proyek strategis seperti deteksi kargo kapal dan predictive maintenance berbasis TinyML, yang relevan dengan topik risetnya saat kuliah,jelas Blessius.

Program Fast Track sebagai jalur menantang karena harus menjalani S1 dan S2 secara paralel. Namun, dengan manajemen waktu dan alat bantu seperti Notion dan LaTeX, tantangan tersebut dapat diatasi.

Krishna Pinasthika, alumni Fast Track yang kini melanjutkan studi di Graduate School of Life Science and Systems Engineering, Kyushu Institute of Technology, Jepang), juga membagikan pengalamannya. Fokus riset Krishna adalah pengembangan sistem estimasi kedalaman berbasis kamera tunggal (monocular depth estimation) untuk kursi roda pintar.

 “Tidak ada kenyamanan dalam program Fast Track ini, Fast track bukan jalan pintas, tetapi jalur percepatan yang menuntut disiplin, fokus, dan ketekunan tinggi. Jika dijalani dengan serius, hasilnya bisa luar biasa,” kata Khrisna. (sdp/rr)