Karir dan Etika Profesi Teknologi Informasi di PT. XL Axiata, Tbk.
FILKOM UB terus berupaya meningkatkan kualitas lulusannya dengan melibatkan praktisi industri IT dalam proses pembelajarannya. Kali ini dengan menghadirkan Mochammad Hira Kurnia, S.T., M.M. Chief Human Capital Officer PT. XL Axiata, Tbk. sebagai narasumber dalam Professor 3in1 program Mata Kuliah Etika Profesi yang diketuai oleh salah satu dosen FILKOM Tibyani, S.T., M.T. pada Jumat (22/10/2021). Jalannya acara dipandu oleh Riswan Septriayadi Sianturi, S.Si., M.M., M.Sc., Ph.D. sebagai moderator.
Pemaparan Hira dibagi dalam dua sesi, pertama membahas tentang Teknologi Informasi di XL Axiata dan kedua tentang Kode Etik XL Axiata dalam Teknologi Informasi. Pada sesi pertama Hira menjelaskan bahwa dalam struktur organisasi tradisional, berbagai hal terkait Teknologi Informasi (TI) setiap divisi perusahaan disupport oleh satu divisi TI. Pada era saat ini, khususnya dalam industri Telco/High Tech hal tersebut sudah tidak berlaku. Saat ini Divisi TI sudah bukan merupakan satu divisi terpisah yang menangani semua divisi lain, namun sudah masuk sebagai kebutuhan dalam setiap divisi yang ada di struktur organisasi. Jadi setiap divisi dalam struktur organisasi perusahaan memiliki bagian IT nya masing-masing.
“Sebagai contoh saya di Human Capital, saya juga membentuk bagian TI untuk mengurusi human capital information system dan analytics. Dibagian finance pun begitu mereka memiliki tim IT sendiri untuk Lease Mgt Digitalization and Analytics serta Revenue Assurance,” jelas Hira.
Saat ini Sumber Daya Manusia (SDM) dengan keahlian TI bisa masuk dalam berbagai bidang pekerjaan. Oleh karena itu dirinya berpesan agar para mahasiswa FILKOM tidak menutup diri belajar hal lain selain TI.
“Saya lulusan IT tapi bisa diposisi Human Capital. Kenapa kok tidak orang psikologi? Karena lebih sulit bagi lulusan psikologi untuk belajar IT, daripada lulusan IT yang belajar tentang psikologi,” jelas Hira.
Tidak hanya struktur organisasi yang berubah, kini kompetensi yang dibutuhkan untuk berbagai posisi TI di industri Telco/High Tech juga berubah. Dimana sebelumnya IT Infrastructure Engineer harus memiliki kompetensi IT Hardware Infrastructure, Software Tester harus memiliki kompetensi Software Product Testing dan Web Developer harus memiliki kompetensi Web Software Design kini hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Saat ini berbagai posisi dalam bidnag TI harus memiliki kompetensi enterprise resource planning, data scientist, scrum master, system architect, artificial intelligence dan machine learning.
Pada sesi kedua Hira menjelaskan tentang bagaimana etika bisnis dijalankan di XL Axiata. Disampaikan oleh Hira bahwa XL Axiata merupakan perusahaan terbuka sehingga harus menerapkan good corporate governance (gcg) yang terdiri atas transparency, accountability, responsibility, independence dan fairness.
“Penerapan GCG ini tidak hanya untuk gaya supaya kita terlihat baik, tapi benar-benar diterapkan untuk efektivitas dan efisiensi. Karena hal ini yang akan merefleksikan bagaimana nilai perusahaan bagi masyarakat dan partner serta vendor. Tanpa melaksanakan GCG ini akan memungkinkan sebuah perusahaan mengalami kerugian yang lebih besar,” jelas Hira.
Etika bisnis yang diterapkan di XL Axiata mencakup semua tingkatan jabatan, tidak terkecuali tingkat manajerial seperti direktur. Penerapannya dilakukan dengan sungguh-sungguh bahkan hingga ke meja hijau untuk kasus yang berat. Diakhir sesi Hira berpesan agar para mahasiswa dapat terus mengembangkan diri dengan memperluas pengetahuan termasuk diluar bidang TI, lebih open minded, memiliki agile midset dan bisa memulai mencoba career canvas untuk portofolio pengalaman kerja yang bisa menambah nilai diri saat masuk ke industri IT setelah lulus nanti. (dna/drn)