Dua Tim Mahasiswa FILKOM Juara 1 dan 2 di Joints Competition 2020 Kategori UX Design

Dua Tim Mahasiswa FILKOM Juara 1 dan 2 di Joints Competition 2020 Kategori UX Design

Dua tim yang masing-masing beranggotakan tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB) berhasil mendapat predikat juara 1 dan juara 2 pada Joints Competition 2020 kategori UX Design. Tahapan seleksi lomba sudah diadakan sejak April 2020 lalu dan tahapan akhir babak final diadakan secara daring pada Minggu (7/6/2020). Kompetisi kategori UX Design ini dititikberatkan pada pembuatan desain pengalaman pengguna  (user experience/UX) baik dalam bentuk web, aplikasi, maupun PWA (Progressive Web App) yang mengutamakan pengalaman, kenyamanan, kepuasan dan efisiensi saat pengguna (user) menggunakan produk tersebut.

Tim pertama yang berhasil menyabet juara 1 beranggotakan tiga mahasiswa Program Studi Teknik Informatika angkatan 2017 (TIF/2017) yaitu Gilang Nur A’idi selaku ketua tim dan UX Designer, Natasya Eldha Oktaviana (researcher) dan Riefqi Ardhya Bisma (Interaction Designer). Mereka membuat desain UX dalam bentuk aplikasi mobile yang diberinama Ocare. Dijelaskan oleh Gilang bahwa Ocare adalah platform donasi berbasis arisan. Didalamnya tedapat fitur donasi dengan sistem arisan, fitur hadiah setiap melakukan donasi yang dirancang dalam sistem bernama pohon kebaikan, fitur integrasi dengan e-money untuk bisa melakukan donasi dengan uang kembalian belanja, serta fitur asuransi kebaikan berbasis subsidi silang.

“Jadi di UX yang kami rancang, kami coba mengintegrasikan sebuah kegiatan crowdfunding tradisional yaitu arisan, kedalam kegiatan berdonasi,” jelas Gilang.

Sementara itu tim kedua yang berhasil mendapat predikat juara 2 beranggotakan Safira Eldi Romadhona selaku UX Researcher dan Ketua tim (Sistem Informasi/2018),  Syahshiyah Rohidah selaku UX Designer (TIF/2018) dan Hanifa Putri Rahima selaku User Interface Designer/ UI Designer (Teknologi Informasi/2019). Ketiganya juga membuat desain UX dalam bentuk aplikasi mobile. Bedanya, tim kedua membuat aplikasi yang berfungsi memudahkan pengguna dalam membeli kosmetik secara daring. Aplikasi tersebut diberinama Glam on. Fitur unggulan pada aplikasi ini adalah tester virtual. Dengan fitur ini pengguna dapat membeli kosmetik dengan terlebih dulu mencoba kecocokan warna kosmetik secara virtual. Pengguna tinggal memanfaatkan fitur kamera selfie dan memilih barang serta warna yang diinginkan. Kemudian sistem akan menampilkan kondisi virtualnya jika produk tersebut digunakan oleh pengguna.

“Dengan vitur tester virtual maka barang yang dibeli bisa cocok dan sesuai dengan yang diinginkan pembeli. Selain itu pembeli juga bisa terhindar dari bahaya penggunaan tester secara langsung yang sering kali tidak higienis,” jelas Safira.

Kedua tim melalui perwakilan ketua tim juga berbagi saran dan tips bagi rekan-rekannya yang ingin sukses dalam mengikuti kompetisi serupa. Safira mengungkapkan pada kompetisi UX Design sebaiknya tim memperbanyak data dan validasi. Kemudian perlu diingat juga untuk tidak hanya terfokus pada pengembangan UI saja, namun juga UXnya. Sementara itu menurut Gilang hal yang perlu diingat adalah bahwa UX bukan hanya soal tampilan aplikasi yang harus cantik dan estetik, atau animasi yang legit. Tapi UX adalah sebuah proses, mulai dari melakukan pengumpulan dan sintesis data, perancangan solusi, hingga bagaimana proses bisnis yang ada tetap berjalan tanpa menciderai atau mengganggu experience yang telah dirancang.

“Jadi jalani saja prosesnya dan rajin membaca. Kemudian yang paling penting jangan lupa berdoa agar selalu diberi kelancaran dalam setiap prosesnya,” ungkap Gilang. [dna]