Sharing Knowledge Head Commissioner PT Mavens Mitra Perkasa Tentang Design Thinking

Sharing Knowledge Head Commissioner PT Mavens Mitra Perkasa Tentang Design Thinking

Head Commissioner PT Mavens Mitra Perkasa Brillyanes Sanawiri, SAB., MBA. berbagi pengetahuannya tentang design thinking pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya (FILKOM UB) dalam kegiatan kuliah tamu yang diadakan Jumat (22/2/2019). Kegiatan ini digelar oleh Jurusan Sistem Informasi FILKOM UB untuk mengupdate keterbaharuan ilmu calon lulusannya agar dapat lebih siap bersaing dalam dunia kerja. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan peluang kerjasama atara Jurusan SI FILKOM dengan PT Mavens Mitra Perkasa demi terciptanya kualitas pendidikan yang lebih baik lagi.

Beberapa materi yang disampaikan Brillyanes pada kesempatan itu meliputi bagaimana mendapatkan ide yang baik (good idea), apa itu design thinking, perbedaan antara profesional dan enterpreneur serta bagaimana cara mengambil manfaat dari era Revolusi Industri 4.0. Dijelaskan oleh Brillyanes bahwa ide yang baik sangat penting sebagai dasar untuk membangun sebuah startup. Hingga saat ini sudah banyak sekali bisnis startup yang bermunculan di tanah air. Namun tidak sedikit yang gagal dan tidak dapat berkembang. Banyak hal yang mempengaruhi ketidakberhasilan startup. Berdasarkan analysis of 101 startup post mortems yang menjadi penyebab utama kegagalan startup adalah karena produk/jasa yang dihasilkan tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Karena itu penggalian ide tentang produk apa yang akan dibuat saat berencana membangun startup sangatlah penting.

Good idea dapat diperoleh dengan beberapa cara. Pertama dengan menggunakan ide produk yang sudah ada dipasaran dan banyak dibutuhkan masyarakat. Kedua dengan mengkombinasikan dua bisnis berbeda menjadi bisnis baru. Ketiga memulai dengan permasalahan kemudian ide produk yang dipakai adalah yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Keempat dengan mengikuti trend yang ada. Kelima menambahkan fungsi dari sebuah produk yang sudah ada dan terakhir mengadaptasi produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan customer tapi dengan pendekatan yang berbeda dari yang sudah ada.

“Ketika kalian sudah mendapatkan ide sebaiknya jangan langsung di eksekusi. Kalian harus berhenti sejenak dan mempertimbangkan beberapa hal. Misalkan ide ini bisa menghasilkan pendapatan atau tidak, siapa target pelanggannya. Jangan abstrak harus sudah jelas siapa pemakai produknya nanti dan pikirkan juga bagaimana startegi masuk ke pasar produk tersebut,” jelas Brillyanes.

Dijelaskan pula oleh Brillyanes bahwa design thinking sangat penting bagi mereka yang ingin mulai membangun sebuah startup. Design thinking adalah metode menyelesaikan masalah dengan berfokus pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna atau user. Alur proses pada design thinking terdiri atas research, empathize, define, ideate, prototype dan test. Alur proses tersebut tidak selalu berjalan maju tapi bisa juga terjadi repetisi pada proses sebelumnya untuk mengoptimalkan hasil.  Untuk memulai sebuah startup Brillyanes juga memberikan saran komposisi anggota tim yang baik. Tim yang harus memiliki anggota yang mampu mendefinisikan kebutuhan klien. Kemudian harus ada juga anggota yang mampu wujudkan kebutuhan klien menjadi produk. Terakhir harus ada anggota tim yang mampu membuat produk tersebut bisa masuk ke pasar dan dikenal baik oleh masyarakat.

“Team yang baik tidak bisa hanya terdiri dari orang – orang yang punya keahlian sama. Team yang baik harus minimal terdiri atas tiga orang yang masing-masing ahli di bidang design & user experience, engineer & developer serta business & marketing,” ungkap Brillyanes. [dna]