M. S. KASH IQBAL: How to be The Unstoppable You

M. S. KASH IQBAL: How to be The Unstoppable You

Bagaimana bisa sebagian mahasiswa memiliki prestasi yang lebih baik daripada teman sebayanya? Mengapa banyak orang yang tidak bahagia dengan pekerjaannya? Apa yang bisa dilakukan seseorang untuk bisa menjadi yang terbaik yang dia bisa? Bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan hidup?

Berbagai pertanyaan tersebut sering terlintas dalam pikiran banyak orang selama perjalanan hidupnya, begitu juga dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB). Untuk membekali mahasiswa FILKOM dengan soft skill yang baik agar dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut di atas maka pada Kamis (30/3/2017) FILKOM menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Unstoppable You” yang menghadirkan M. S. Kash Iqbal, seorang pembicara dan trainer internasional. Untuk diketahui Kash Iqbal lahir di Kashmir dan pada usianya yang ke 16, dimana pada usia tersebut kebanyakan orang masih berada di bangku SMA, Kash sudah duduk di bangku kuliah bergabung dengan Premedical Program di Cornell University, Amerika. Setelah lulus Kash kembali mengambil studi bidang Robotics Engineering di Kuala Lumpur dan juga Legal Theory atau Ilmu Hukum. Pada ketiga studi bachelor degreenya tersebut Kash selalu masuk dalam kelompok 1% lulusan terbaik di setiap universitas. Tidak hanya unggul dalam bidang akademik, saat menjadi mahasiswa Kash juga banyak melakukan hal-hal kreatif seperti membuat media sosial untuk sebuah kampanye yang mampu menarik jutaan followers di facebook, menyelenggarakan 200 events dalam 2 tahun dan mengajar ribuan pemuda di Malaysia.

Dalam paparannya Kash menyampaikan bahwa berdasarkan pengalaman hidupnya dirinya memahami bahwa setiap manusia di dunia melakukan hal yang berbeda dalam hidup, namun hanya sedikit dari mereka yang sadar tentang apa yang dilakukannya. Kebanyakan ketika seseorang lahir di dunia dia akan mengikuti dan melakukan apa yang kebanyakan orang lain katakan dan lakukan. Ketika manusia masih dalam usia muda, masih dapat diterima jika seseorang melakukan segala sesuatu sesuai apa yang dikatakan atau diperintahkan orang lain seperti orang tua, guru dan lain sebagainya. Namun saat sudah memasuki usia dewasa seseorang seharusnya mulai melakukan segala sesuatu karena kesadaran pribadi. Yang dimaksud dengan kesadaran pribadi adalah dimana seseorang melakukan segala sesuatu karena paham akan dirinya sendiri, paham apa yang ingin dilakukan dan jelas dengan apa tujuan yang ingin dicapai. Disampaikan oleh Kash bahwa untuk bisa menemukan jati diri sehingga paham akan diri sendiri dibutuhkan kerja keras.

“It is reality that no body knows who you are. Even you do not know who you are. Especially you. You have absolutely no idea who you are and it is a hard work to be able to discover who you are,” ungkap Kash.

Dalam perjalanan menemukan jati diri Kash menyampaikan bahwa terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama adalah ‘jangan biarkan opini orang lain menjadi kenyataan, sebelum mencoba melakukannya sendiri’. Kash menyampaikan bahwa tidak baik menyalahkan orang lain atas kegagalan yang kita alami karena hal tersebut tidak akan merubah apapun menjadi lebih baik. Mulai perubahan dan perbaikan dari diri sendiri. Kedua ‘banyak bereksperimen dan coba segala hal baru’. Seseorang tidak akan mengetahui dirinya mahir dalam suatu hal jika tidak pernah mencobanya. Ketiga ‘apapun yang kamu lakukan, untuk pertama kalinya kamu pasti tidak akan langsung mahir’. Setiap orang tidak langsung menjadi ahli atau mahir dalam suatu bidang ketika pertama kali melakukan atau mencobanya. Butuh kesabaran dan kerja keras terus menerus untuk dapat menjadi ahli dalam suatu bidang.

“Even Shakespeare did not speak English when he was born. He has to learn A B C D just like me and you. The only thing is when he is master in it. It becomes whole different story. We know what happen there after. When you start something, in the beginning you always bad,” jelas Kash.

Hal kelima yang perlu diperhatikan untuk bisa memahami diri sendiri adalah bahwa ‘universitas adalah masa dimana seseorang memiliki waktu luang paling banyak’. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan untuk mempelajari hal baru sebanyak mungkin. Jika seseorang tidak banyak belajar pada masa kuliahnya, dia bahkan tidak akan punya cukup waktu untuk belajar setelah lulus. Karena dunia kerja akan menuntut lebih banyak waktu. Keenam ‘hilangkan ide bahwa universitas adalah tempat untuk duduk dan mendengarkan orang yang berilmu pengetahuan berbicara’. Universitas adalah saat dimana seseorang mencari pembuktian atas apa yang dipercayanya. Ketujuh, perlu diingat bahwa ‘motivasi yang muncul dalam diri seseorang bukanlah hal yang akan bertahan selamanya’. Oleh karenanya saat seseorang merasakan motivasi dalam dirinya untuk melakukan sesuatu yang positif, sebaiknya dilakukan dengan segera. Karena jika ditunda maka motivasi yang ada akan hilang seiring berjalannya waktu.

“The idea if university is just to sit in a class listening to knowledgeable people is wrong. It is not university. That is not the way how people learning. University is about challenging what you believe about the world. Challenging about what you believe early, about you knew, and then coming other people who think differently with you. You have to think why do they think differently with me, what they know but I do not know and how to make me know even more. Here at university is not where you just learn about subject, here the time you discover who you are,” ungkap Kash. [dna/pic by edw]