GIS in the Real World

GIS in the Real World

Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berjiwa entrepreneur/ wirausaha Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) tidak hanya membekali mahasiswanya dengan pengetahuan akademik saja namun juga wawasan tentang teknologi informasi dan penerapannya di dunia nyata. Seperti yang dilakukan oleh Grup Riset Geoinformatika yang mengundang praktisi di bidang Sistem Informasi Geoinformatika pada kegiatan Kuliah Tamu bertajuk “GIS in the Real World” Jumat (23/9/2016). Disampaikan oleh Fatwa Ramdani, D.Sc., S.Si., M.Sc. selaku ketua pelaksana sekaligus Ketua Grup Riset Geoinformatika bahwa kegiatan kuliah tamu ini adalah agenda yang diselenggarakan setiap satu semester sekali untuk menambah wawasan mahasiswa FILKOM khususnya tentang Geographic information system (GIS).
“Semester lalu saya datangnya dari akademisi untuk membahas tentang GIS. Semester ini saya datangkan dari praktisi. Harapannya semester depan kami bisa mendatangkan dari pihak government sehingga mahasiswa bisa melihat GIS dengan sudut pandang yang menyeluruh dan lengkap,” jelas Fatwa.

Bertempat di gedung H FILKOM UB, GIS Manager PT Britmindo Andy Gusti Rangga dan GIS Supervisor PT Britmindo Oki Fajar Irawan didaulat sebagai pemateri untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya pada mahasiswa FILKOM. Mengawali sharing pengetahuannya Andy sedikit memberikan gambaran umum mengenai perusahaan tempatnya berkarir. Disampaikan oleh Andy bahwa Britmindo Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang professional mining services atau perusahaan jasa konsultasi pertambangan terbesar di Asia Pasifik. GIS erat kaitannya dengan pertambangan karena berfungsi menentukan daerah tambang potensial, hingga perencanaan konsep eksplorasi. Seperti diketahui penerapan GIS merupakan perpaduan pemahaman tentang ilmu, sistem dan teknologi dalam mempelajari lapisan bumi. Penting dilakukan observasi mendalam tentang suatu wilayah sebelum kemudian ditetapkan sebagai wilayah eksplorasi tambang. Hal ini untuk menghindari kemungkinan buruk selama proses eksplorasi tambang hingga pasca penambangan.

Meski demikian hingga saat ini pihaknya seringkali kesulitan jika harus menganalisa kondisi geografis Indonesia karena masih buruknya system manajemen database di Indonesia. Berbeda dengan pengelamannya menangani proyek pertambangan di Singapura dan Australia. Dua negara tersebut menyediakan data yang rapid an mudah diakses oleh public. Namun disampaikan oleh Andy di Indonesia sendiri data terkait kondisi wilayahnya masih dikuasai oleh departemen-departemen pemerintah tertentu, seperti data wilayah hutan Indonesia dipegang oleh kementerian kehutanan, kemudian data wilayah pertanian dimiliki oleh kementrian pertanian, data wilayah pembangunan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Berbeda dengan Singapura, data bisa kita peroleh dengan mudah. Disini data sulit didapat dan jika sudah didapat juga datanya masih tidak sama antar satu departemen dengan departemen yang lain. Misalkan batas wilayah saja bisa berbeda-beda di setiap data departemen. Padahal itu sesuatu yang harusnya mutlak sama mengenai batas wilayah,” ungkap Andy.

Dari permasalahan yang ada di Indonesia tersebut Andy mengajak para mahasiswa FILKOM yang hadir untuk bisa berinovasi menghasilkan suatu karya yang bisa menjadi solusi. Disampaikan olehnya bahwa Indonesia membutuhkan database keruangan yang terintegrasi bukan yang terpisah-pisah setiap departemen, sehingga observasi untuk menentukan suatu keputusan dapat dilakukan secara menyeluruh bukan parsial. Hal ini akan sangat dibutuhkan dikemudian hari, bukan hanya untuk keperluan pertambangan namun juga berbagai pengambilan keputusan pemerintah untuk pengembangan Indonesia dan untuk kesejahteraan masyarakat.
“Jadi kalau ada yang bermnat di GIS, ini adalah bidang yang masih belum banyak digarap di Indonesia. Ahli di bidang ini akan sangat dibutuhkan di masa mendatang,” jelas Andy. [dna]