Bimbingan Teknis Enterpreneurship Digital dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

Bimbingan Teknis Enterpreneurship Digital dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Deputi Riset Edukasi dan Pengembangan Republik Indonesia bekerjasama dengan Universitas Brawijaya menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Enterpreneurship Digital khususnya bidang Mobile and Application pada 16 – 17 September 2016. Dalam hal ini perwakilan UB yang ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Universitas Brawijaya (Job Placement Center/JPC UB), Fakultas Teknik (FT) serta Jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM).

Ir. Unggul Wibawa, M.Sc. selaku Kepala Bidang Pengembangan Karir JPC UB mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan ini diharapkan para peserta yang terdiri dari mahasiswa serta lulusan FT dan FILKOM UB dapat berubah mindset dalam kehidupannya sehingga kemudian hari tidak hanya menjadi pencari pekerjaan namun menjadi pembuka lapangan pekerjaan.
“Harapannya bisa mengubah mindset kehidupannya kedepan. Bahwa masih ada lahan pekerjaan luas yang dimiliki tanpa harus menjadi butuh atau karyawan. Sehingga semakin banyak yang menjadi pengusaha khususnya di bidang ekonomi kreatif,” ujar Ir. Unggul dalam sambutannya.

Sementara itu Slamet Aji Pamungkas, M. Eng sebagai Kepala Sub Direktorat Informasi dan Pengolahan Data BEKRAF mengungkapkan bahwa BEKRAF yang dulu pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi satu dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kini pada pemerintahan presiden Joko Widodo dipisahkan. Sehingga kemudian BEKRAF berdiri sendiri sebagai badan yang bertanggung langsung pada presiden tentang tumbuh kembang startup khusus sektor ekonomi kreatif. Terdapat 16 subsektor yang termasuk pada sektor ekonomi kreatif meliputi (1) aplikasi dan pengembangan game, (2) arsitektur dan desain interior, (3) desain komunikasi visual, (4) desain produk, (5) fesyen, (6) film, (7) animasi video, (8) fotografi, (9) kriya/kerajinan tangan, (10) kuliner, (11) musik, (12) penerbitan, (13) periklanan, (14) seni pertunjukan, (15) seni‎ rupa serta (16) televisi dan radio.

Pada kesempatan tersebut pelatihan difokuskan pada bidang pengembangan software atau aplikasi pada perangkat bergerak. Tiga orang tenaga pengajar FILKOM yang dipercaya untuk menjadi pemateri pada kegiatan tersebut adalah Herman Tolle, Dr. Eng., S.T, M.T. (Kepala Jurusan Sistem Informasi FILKOM), Hanifah Muslimah Az-Zahra, S.Sn., M.Ds. dan Febri Abdullah , S.Kom. Dimana Herman menyampaikan dua materi penting mengenai (1) peluang entrepreneurship kreatif digital dan (2) membangun startup business. Sementara Febri menyampaikan materi tentang perancangan game dan Hanifah menyampaikan materi tentang perancangan aplikasi mobile.

Herman menyampaikan bahwa berwirausaha di dunia digital sangat menjanjikan karena di masa mendatang trend kehidupan manusia akan semakin kental kaitannya dengan Information Technology (IT). Saat ini saja untuk menjalankan kehidupan sehari-harinya manusia tidak dapat terlepas dari bantuan IT.
“Trend kehidupan manusia di masa mendatang adalah dimana semua kebutuhan hidup berhubungan dengan perangkat mobile. Sekarang saja ada penelitian yang mengungkapkan bahwa dalam satu hari seseorang rata-rata membuka handphonenya sebanyak 150 kali,” jelas Herman.

Startup kini banyak menjadi pilihan untuk memulai berwirausaha digital karena tidak membutuhkan modal biaya yang besar. Membangun startup sangat berbeda dengan membangun usaha sejenis PT atau CV, dimana siapapun yang membangun startup tidak perlu memusingkan syarat dan aspek legal seperti pengurusan di kantor notaris atau ke kantor perizinan. Disampaikan oleh Herman bahwa ada beberapa model bisnis yang dapat ditekuni di dunia digital meliputi (1) monetization, usaha digital yang menggantungkan pendapatannya dari iklan, (2) e-commerce own product merupakan bisnis penjualan online dimana barang yang dijual adalah hasil produksi sendiri, (3) e-commerce marketplace merupakan bisnis penjualan online yang penjualnya tidak memproduksi barang sendiri hanya menyediakan portal yang mempertemukan penjual dan pembeli, contohnya tokopedia, bukalapak dan KitaBisa, (4) lead generation usaha digital yang menjual informasi sebagai contoh halodoc.com, (5) software as a service contohnya produk messenger seperti whatsapp dan line serta (6) subscription yaitu model bisnis dimana pelanggan harus membayar harga berlangganan untuk bisa memiliki akses ke produk/layanan, dimana contohnya adalah Nationalgeographic.com, email dari Yahoo Platinum service.

Pada kesempatan itu para peserta juga diberikan penugasan untuk membuat business plan usaha digitalnya. Para peserta terbagi menjadi 9 kelompok dimana setiap kelompok memiliki anggota antara 1 – 3 orang. Mereka diminta untuk menentukan jenis usaha, kemudian mengidentifikasi target pasar dan peluang perkembangannya di masa mendatang serta menjelaskan keunggulannya yang ditawarkan oleh jenis usaha serupa. Para peserta juga diminta untuk mempresentasikan hasil pemikirannya tersebut di depan peserta lain dan pemateri.
“Secara umum ide kalian semua sudah bagus tinggal bagaimana menindaklanjutinya. Jangan hanya berhenti sampai ide saja tapi harus langsung action. Kalau ada yang bisa direalisasikan ebsok ya segera jalankan, jangan terlalu banyak menunggu,” pesan Herman pada peserta pelatihan. [dna]