HMIF Ajak Generasi Muda Berdayakan Usaha Mandiri Lewat Workshop IT “Innovation Webpreneur”

HMIF Ajak Generasi Muda Berdayakan Usaha Mandiri Lewat Workshop IT “Innovation Webpreneur”

Bertujuan mengajak generasi muda untuk turut serta memberdayakan usaha mandiri di bidang Information Technology (IT), Himpunan Mahasiswa Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (HMIF FILKOM UB) menyelenggarakan acara Workshop IT “Innovation Webpreneur” pada Rabu (18/11). Bertempat di ruang pertemuan perpustakaan UB, acara ini dihadiri oleh 77 mahasiswa jurusan IT dari berbagai universitas di Malang, antara lain mahasiswa FILKOM UB, UMM, ITN dan Uniga.

Hadir sebagai pembicara pada kesempatan tersebut Ifnu Bima selaku Development Manager Blibli.com dan Sandra Kumalasari Human Resources Recruiter Blibli.com. Sharing session dimulai dengan pengenalan Blibli.com oleh Sandra Kumalasari. Disampaikan oleh Sandra bahwa Blibli.com adalah salah satu e-commerce di Indonesia yang berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat untuk dapat berbelanja dimana saja dan kapan saja dengan mudah serta aman. Dengan target customer kisaran usia 25 – 35 tahun, Blibli.com fokus pada dua golongan customer yaitu Single Young Professional dan Young Professional with Family.
“Visi kami to be no. 1 e-commerce in Indonesia with the most loyal and satisfied customer,” ungkap Sandra.

Sementara itu sebagai pemateri utama, Ifnu berbagi pengetahuannya tentang seluk beluk inovasi yang dapat diwujudkan dalam sebuah bisnis yang sukses. Dimulai dengan menjelaskan definisi inovasi, Ifnu juga menyampaikan perbedaan antara inovasi, penemuan dan kreativitas. Diungkapkan olehnya bahwa penemuan merupakan seluruh hal yang baru baik itu memiliki nilai jual ataupun tidak. Kreativitas adalah ungkapan intuisi atau pemikiran yang tanpa batas. Sementara inovasi adalah gabungan dari penemuan dan kreativitas yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat memberikan keuntungan baik bagi masyarakat maupun penemu inovasi.
“Sering orang berpikir kalau inovasi itu hanya berupa produk atau barang jadi. Padahal inovasi itu bisa berupa ide, metode, strategi atau perangkat,” jelasnya.

Disampaikan pula oleh Ifnu bahwa terdapat tiga jenis Inovasi yaitu inovasi pada produk, inovasi pada proses dan inovasi pada strategi. Sementara itu inovasi juga dibagi dalam tiga level yaitu breakthrough/radical, substantial dan incremental. Yang termasuk dalam level breakthrough/radical adalah inovasi yang dapat menciptakan sebuah pasar baru dan memicu terciptanya perubahan radikal pada industri terkait yang sudah ada. Pada level substantial, inovasi yang termasuk didalamnya adalah inovasi yang dapat menciptakan peluang baru dan meingkatkan daya saing. Sementara inovasi pada level incremental adalah inovasi berkelanjutan yang bertujuan untuk merubah suatu produk/jasa sehingga menciptakan variasi pilihan produk yang dapat berfungsi meningkatkan market shares.
“Sebagai contoh pada perusahaan Mc Donald’s untuk jenis inovasi produk, inovasi level radikalnya dia membuat Big Mac. Lalu inovasi substantialnya dibuat value meal yang merupakan gabungan paket Big Mac dengan minuman dan french fries. Kemudian inovasi level incremental dia membuat berbagai variasi minuman,” jelas Ibnu.

Untuk menciptakan inovasi pada level incremental, Ifnu berbagi pengetahuannya tentang cara mengidentifikasi peluang adanya inovasi dengan menggunakan Quick and Dirty Innovation Method (QaDIM). Metode ini memanfaatkan diagram matrik 3×3 dengan menempatkan produk yang sudah ada pada bagian tengah matrik dan empat pasang faktor yang saling berlawanan sebagai alat pencarian peluang inovasi. Empat pasang faktor tersebut adalah (1) menambah >< mengurangi feature, (2) memperbesar >< memperkecil ukuran, (3) memadukan >< memisahkan dua produk, (4) menanamkan >< memisahkan fitur atau komponen pada produk. Tidak hanya berbagi pengetahuannya saja, Ifnu pada kesempatan tersebut juga memandu peserta yang hadir dalam melakukan simulasi pencarian dan penentuan inovasi hingga pembuatan konsep implementasi inovasi tersebut.
“Metode ini dipakai oleh Samsung, tapi tidak berlaku untuk iPhone. iPhone punya kekuatan inovasinya sendiri,” jelas Ifnu. [dna]