Rangkuman Kegiatan Pertemuan Rutin ke 13 Pusat Kajian Geoinformatika
Hertanto Suprayogo (mahasiswa S2 Ilmu Komputer) membuka pertemuan rutin ke-13 Pusat Kajian Geoinformatika dengan research plan yang berjudul “Supervised Classification for Paddy Field Variety Mapping Based on EO-1 Hyperion Imagery”. Research plan ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan beras yang semakin tinggi. Hal tersebut berdampak pada upaya pemenuhan kebutuhan beras baik secara kuantitas maupun kualitas. Pemerintah berencana mensubsidi benih padi varietas unggul. Guna menjawab kebutuhan tersebut, research plan ini menggunakan data aerial survey yang berupa image dari Earth Observation-1 menggunakan sensor Hyperion Imagery. Dari image satelit tersebut, data diolah dengan membangun software pengolahan image satelit. Metode yang dikembangkan adalah dengan PPS index (Principal Polar Spectral) yang mengombinasikan PPS index Brightness, PPS index Greeness, dan PPS index Wetness. Dari PPS index tersebut data dari 224 band diolah dan direduksi menggunakan PPI (Pure Purity Index) untuk mereduksi noise sehingga mendapatkan gambar yang baik dari 224 band dan diolah menjadi RGB image. Gap yang ingin diisi oleh penelitian ini antara lain: membangun software untuk mengolah image satelit berdasarkan metode index image, dan membangun software yang dapat diinputkan user untuk mengetahui perbedaan varietas padi di Jawa Timur untuk mengetahui keputusan pemilihan dalam penanaman varietas padi tertentu.
Gilrandy Hardinadhir Zakirin mempresentasikan research plan yang berjudul “Implementasi Web-GIS untuk Mengelola Lingkungan Akibat dari Pertambangan Pasir Besi di Lumajang”. Research plan ini dilatarbelakangi oleh keberadaan Gunung Semeru yang mendorong dan membawa berkah dengan berlimpahnya bahan galian golongan C khususnya jenis pasir yang mengandung besi. Oleh sebab itu pasir besi Lumajang mempunyai kualitas terbaik di Jawa Timur. Namun, hal ini berdampak pada beberapa daerah di Lumajang yang berubah menjadi lubang-lubang pertambangan pasir. Ekosistem pantai punah, abrasi yang luasnya 5-10 meter setiap tahunnya. Maka dibuatlah sistem berbasis Web-GIS untuk mengontrol dan mengawasi proses pertambangan. Serta dapat mengelola lingkungan agar tidak terancam terjadinya bencana. Sistem ini dalam jangka panjang dapat bermanfaat untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan akibat dari pertambangan yang tidak terkontrol. Penentuan kawasan yang terancam bencana akibat pertambangan pasir besi dibatasi pada daerah sekitar pesisir pantai selatan Lumajang, yang meliputi: (1) titik area sepanjang pantai yang gundul; (2) area bekas tambang yang kini telah menjadi danau-danau kecil; dan (3) area daratan sepanjang garis pantai yang hilang terkena abrasi. Pada research plan ini, perlu ditentukan fokus penelitian yang didukung dasar teori yang relevan.
Presentasi berikutnya disampaikan oleh Fauzan Tolabi dengan judul “Pemetaan Lokasi Strategis Base Transceiver Station (BTS) di Kota Malang Berbasis Geo Information System”. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna handphone terbanyak di dunia. Jumlah pengguna handphone di Indonesia mencapai angka 270 juta, melebihi total penduduk di Indonesia sebanyak 253 juta. Salah satu sarana penunjang telekomunikasi adalah Base Transceiver Station (BTS). Kebutuhan pembangunan BTS yang pesat membutuhkan pengelolaan tata ruang yang tepat. Research plan ini memiliki tujuan, diantaranya: mengetahui karakterisitik penyebaran Base Transceiver Station (BTS) di kota Malang dan mengetahui lokasi strategis untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) di kota Malang. Variabel yang mempengaruhi rekomendasi penentuan lokasi BTS, diantaranya: (1) kepadatan penduduk; (2) pusat aktivitas; (3) tinggi bangunan; (4) kepadatan BTS; (5) ruang lingkup (coverage) cell plan; (6) zona lokasi menara; (7) kerapatan gedung; dan (8) akses jalan. [RIR,SAP]