Mahasiswa PTIIK Turut Berpartisipasi di 6th APPC Bangkok
Setelah terpilih sebagai perwakilan pemuda Indonesia di YAP UNFPA (Youth Advisory Panel Unites Nations Population and Fund), kini Rizky Ashar M. salah satu mahasiswa jurusan Informatika Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) UB mulai disibukkan dengan rangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan hingga 2 tahun ke depan. Berbagai kegiatan tersebut tidak hanya berskala nasional saja, tapi juga berskala internasional dan melibatkan para perwakilan dari berbagai negara anggota PBB.
Adapun agenda kegiatan yang baru saja dilaksanakan adalah CSO dan youth forum, serta 6th Asian Pacific Population Conference (APPC) di Bangkok, Thailand (12-20/9). Pada konferensi tersebut, selain mewakili Indonesia, Rizky juga mewakili Amnesty Internasional, sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang didirikan dengan tujuan mempromosikan berbagai Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam Universal Declaration of Human Rights dan standar internasional lainnya.
Pada agenda kegiatan pertama Rizky mengikuti Civil Society Organisations (CSO) forum meeting yang dihadiri oleh beberapa CSO dari negara Asia Pasifik. Sesi ini berlangsung dalam bentuk diskusi grup yang dibagi berdasarkan wilayah tempat setiap negara berada. Rizky, sebagai perwakilan Indonesia masuk dalam grup wilayah perwakilan Asia Tenggara. Beberapa hal peting yang dibahas pada kesempatan itu adalah; pembangunan berkelanjutan, pemuda dan orang tua, urbanisasi, imigrasi, keluarga, hak atas kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi, keberagaman gender, dan pendidikan.
“Di forum ini kami membahas tentang isu terpenting yang sedang dihadapi, sharing tentang kegiatan CSO di setiap negara, serta sharing keberhasilan CSO tiap Negara dalam penanganan isu kependudukan dunia,” ungkap Rizky.
Dari hasil diskusi CSO forum tersebut, diketahui bahwa tujuh isu utama yang dihadapi negara Asia Tenggara yaitu; sexual and reproductive health and rights (SRHR), Comprehensive sexuality education, Laws and policies, Meaningful participation, Weak health system, Gender equality, dan SRR. Dari isu utama tersebut kemudian dibuatlah statement (pernyataan komitmen) untuk dipresentasikan pada 6th APPC. (Statement CSO forum dapat diunduh di tautan berikut)
Sementara itu pada youth forum, para perwakilan negara dikumpulkan untuk menindaklanjuti hasil dari Global Youth Forum yang diadakan di Bali, 4-6 Desember 2012 lalu. Pada kesempatan itu Rizky mengikuti diskusi pembahasan Sexual, Reproductive Health, and Rights (SRHR). Sama halnya dengan CSO forum, hasil dari youth forum ini adalah beberapa statement yang kemudian dipresentasikan pada 6th APPC. (Statement youth forum dapat diunduh pada tautan berikut)
“Isu-isu seperti akses pelayanan kesehatan, kemiskinan, kelaparan, perlindungan untuk imigran, pengahapusan diskriminasi berbasis orientasi seksual, identitas gender dan disabilitas menjadi perdebatan di forum ini,” jelasnya.
Saat dipresentasikan pada 6th APPC yang dihadiri oleh para pengambil keputusan di setiap negara (Indonesia diwakili oleh utusan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional/ BKKBN), statement hasil dari kedua forum tersebut tidak langsung diterima oleh seluruh perwakilan negara. Bahkan Sidang 6th APPC harus ditutup dengan voting. Dimana hasilnya 38 negara menerima dokumen akhir, termasuk Indonesia. Sedangkan tiga negara (Rusia, Iran, dan Azerbaijan) menolak dokumen akhir, sementara Afghanistan abstain.
Diharapkan dengan adanya pernyataan komitmen internasional tersebut, dapat memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan kemakmuran masyarakat di dunia. Para pengambil keputusan dari setiap negara diharapkan dapat terinspirasi dan lebih mengedepankan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, khususnya dalam hal menjamin dukungan kesehatan, kesejahteraan dan pendidikan penduduk di negaranya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. [eky/dna]