Pelatihan Implementasi OSS di Lingkungan Pemerintah Kota Malang

Pelatihan Implementasi OSS di Lingkungan Pemerintah Kota Malang

Penggunaan perangkat lunak terbuka (Open Source Software/ OSS) kini semakin marak dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti software berlisensi yang umumnya berharga relatif tinggi. Bahkan pemerintah Indonesia sendiri melalui  Kementerian Riset dan Teknologi (Menristek) sangat mendukung penggunaan OSS, karena selain dapat mengurangi angka pembajakan software, juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan software buatan vendor tertentu yang kebanyakan masih milik perusahaan asing.

Meski demikian, hingga kini masih banyak masyarakat yang belum memanfaatkan teknologi OSS ini. Banyak hal yang melatarbelakangi, antara lain karena belum paham dan mengerti apa sebenarnya OSS itu dan bagaimana cara memanfaatkannya.

Berlatarbelakang kondisi tersebut maka tim dosen Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (PTIIK) menggelar kegiatan rutin “Pelatihan dan Pendampingan Implementasi OSS”. Kegiatan ini dilakukan setiap setahun sekali dan pada tahun 2013 merupakan kali ketiga penyelenggaraan pelatihan tersebut. Tim penyelenggara terdiri dari empat orang dosen PTIIK; Ir. Heru Nurwarsito, M.Kom., Barlian Henryranu Prasetio, ST., MT., Sabriansyah Rizqika Akbar, ST., M.Eng., dan Wibisono Sukmo Wardhono, ST., MT.

Bertempat di Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak PTIIK, pada 25 September 2013 lalu pelatihan OSS digelar bagi perwakilan instansi pemerintahan yang ada di Kota Malang. Hadir sebagai peserta adalah perwakilan dari kantor Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, Kelurahan Pisangcandi, Kelurahan Gadang, Kelurahan Bandulan, Kelurahan Penanggungan, dan Kelurahan Gadingkasri.

Pada kesempatan itu OSS yang dijelaskan secara spesifik adalah ‘LibreOffice”, yaitu sebuah paket aplikasi perkantoran yang kompatibel dengan aplikasi perkantoran seperti Microsoft Office atau OpenOffice.org. Selain gratis, software ini juga telah tersedia dalam berbagai platform seperti Windows, Linux dan Mac OS. Pengenalan LibreOffice ini dirasa perlu, karena kantor pemerintahan seperti kelurahan dan kecamatan tentunya membutuhkan aplikasi yang dapat mendukung kegiatan perkantorannya. Selama ini perangkat lunak yang masih sering digunakan adalah buatan vendor tertentu yang untuk memperolehnya secara legal harus mengeluarkan biaya cukup tinggi.

Wibisono, sebagai pemateri dalam pelatihan tersebut mengatakan bahwa harga software Microsoft 2010 dengan aplikasi standard (Word, Excel, dan Power Point) pada Juni 2013 lalu sudah mencapai kisaran harga lima juta rupiah. Sementara untuk fitur khusus seperti Microsoft Access dan Visio pengguna harus mengeluarkan dana tambahan senilai satu setengah juta hingga enam juta rupiah.
“Harga softwarenya bisa lebih mahal dari harga komputernya sendiri. Jadi daripada memakai software berlisensi mahal atau memakai software bajakan, lebih baik kita memanfaatkan LibreOffice,” ujarnya.

Karenanya, LibreOffice dapat menjadi alternatif yang lebih baik. Selain legal dan gratis, LibreOffice telah memiliki aplikasi yang lengkap. Terdapat enam aplikasi yang dapat dimanfaatkan dengan LibreOffice, yaitu aplikasi pengolah kata (writer) sejenis Word pada Microsoft, aplikasi lembar kerja (Calc) sejenis Excel, program presentasi  (Impress) sejenis Power Point, program manajemen database (Base) sejenis Microsoft Access, program editor vektor grafis dan perangkat pembuat diagram (Draw) sejenis Microsoft Visio, serta program untuk membuat dan mengedit formula matematika (Math).

Untuk mendapatkan software ini, pengguna dapat mendownloadnya dari situs resmi http://www.libreoffice.org. Pada kesempatan itu Wibisono menjelaskan tentang bagaimana cara menginstall LibreOffice dan pengoperasion berbagai aplikasi yang ada didalamnya. Para peserta juga diberikan kesempatan untuk mempraktekkan penggunaan LibreOffice dengan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan di Lab. RPL PTIIK.

Diharapkan dengan pelatihan ini, maka dapat meningkatkan pengimplementasian OSS, khususnya pada instansi pemerintahan di Kota Malang. [dna]