Tanamkan Kepedulian Pada Sesama Lewat Pelatihan Konselor Sebaya
Semakin menurunnya peran keluarga dalam perkembangan para mahasiswa, baik dikarenakan kesibukan para orang tua dalam karir ataupun adanya faktor jarak yang terpaksa harus terpisahkan karena tempat kuliah yang jauh dari tempat tinggal, dapat berdampak pada lambatnya penemuan identitas diri pada mahasiswa. Unit Bimbingan Konseling dan Penempatan Kerja (BKPK) PTIIK UB menyadari hal tersebut dan berusaha untuk mengatasinya dengan mengupayakan pembentukan kepedulian antar sesama mahasiswa, khususnya di PTIIK UB. Hal tersebut mulai ditanamkan dengan menggelar Pelatihan Konselor Sebaya (Peer Counseling) pada Sabtu, 8 Desember 2012.
Pada acara yang diadakan di Laboratorium Pemrograman dan Komputasi PTIIK UB ini, 55 mahasiswa yang hadir diajarkan mengenai bagaimana menjadi konselor semi profesional agar bisa membantu para mahasiswa lain yang sedang dalam masalah. Wiwin Lukitohadi, S.H., S.Psi., CHRM., Ketua Unit BKPK PTIIK UB, sekaligus pembicara pada pelatihan tersebut menjelaskan mengenai pengertian konselor dan apa perbedaannya dengan psikiater dan psikolog pada awal materi. Selain itu, beliau juga menyampaikan mengenai karakteristik serta keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kenselor. Menurutnya, seorang konselor harus berpengetahuan luas, memiliki keterampilan komunikasi yang baik, serta yang tidak kalah pentingnya juga harus menjadi pendengar yang baik. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat mengkader para mahasiswa PTIIK UB untuk menjadi konselor yang bisa lebih peduli pada sesamanya.
Wiwin mengungkapkan bahwa kegiatan ini tidak berhenti pada pelatihan saja, tetapi akan dilanjutkan dengan pembinaan para peserta agar bisa menerapkan ilmu yang telah diterimanya dalam pelatihan untuk membantu sesamanya sedang dalam masalah.
“Pelatihan ini akan kita teruskan dengan pembinaan. Jadi di akhir pelatihan saya memberikan tugas pada anak-anak untuk membuat naskah drama konseling. Jadi nanti mereka harus menuliskan dalam naskah bagaimana kira-kira percakapan yang mungkin timbul saat mereka melakukan konseling dengan temannya. Dari tugas itu nantinya mereka akan belajar berpikir bagaimana cara komunikasi yang baik untuk mengetahui masalah sesamanya, lalu bagaimana sekiranya cara menyampaikan solusi yang baik dan lain sebagainya sesuai dengan yang sudah saya sampaikan,” jelasnya.
Para peserta pelatihan diberikan waktu satu minggu untuk menyelesaikan naskah drama konseling tersebut, untuk kemudian dikumpulkan kepada bagian BKPK PTIIK UB. Dari naskah yang dikumpulkan itu, unit BKPK dapat memberikan masukan atau saran perbaikan demi perkembangan kemampuan konseling para mahasiswa peserta pelatihan. (dna)