Abstract
Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sebuah sistem pembayaran perkuliahan dimana biaya kuliah mahasiswa selama satu masa studi di bagi rata per semesternya sehingga tidak lagi menggunakan uang pangkal maupun uang gedung seperti pembayaran uang kuliah sebelumnya. Biaya UKT di Universitas Brawijaya khususnya di Program Teknologi dan Ilmu Komputer (PTIIK) terbagi dalam 6 golongan. Setelah ditentukannya golongan UKT mahasiswa,wali mahasiswa banyak yang merasa penggolongan UKT yang diterima tidak sesuai. Pihak birokrat dengan dibantu pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) membuka jalan dengan membantu menurunkan golongan UKT yang didapat mahasiswa untuk mendata mahasiswa yang berniat mengajukan penurunan nominal UKT. Pihak Advokesma BEM sendiri masih melakukan penentuan keringanan UKT dengan cara manual, yaitu dengan melakukan wawancara. Penentuan keringanan UKT hanya memiliki satu acuan sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesalahan (human error). Untuk membantu pihak Advokesma BEM dalam menentukan rekomendasi keringanan biaya UKT dari mahasiswa, diperlukan sistem pendukung keputusan untuk menentukan mana mahasiswa yang berhak menerima keringanan UKT dengan metode AHP – TOPSIS. Dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu penghasilan orang tua (Ayah dan Ibu), tagihan rekening listrik, tagihan rekening telepon, tagihan rekening air, pembayaran pajak PBB, pembayaran pajak kendaraan, dan pengeluaran orang tua akan diadakan perhitungan. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada pengujian jumlah data memiliki akurasi hingga 73,75%, sedangkan pada pengujian sebaran data memiliki akurasi 66.667%
