Abstract
Pencak silat adalah seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia memiliki cara pembelaan diri untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya dari tantangan alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada disekitar. Asal mula ilmu bela diri berkembang juga dari keterampilan suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang seperti dalam tradisi suku Nias. Pencak Silat berkembang dan menjadi kompetisi dinaungi Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa). Terdapat kompetisi nasional seperti PORPROV, PON, POMNAS dan beberapa pertandingan resmi. Kontingen pencak silat di suatu kejuaraan diseleksi dengan cara dipertandingkan. Namun banyak pesilat yang lolos mengalami cidera setelah melalui seleksi. Terlebih kurangnya pemahaman dari pihak penyelenggara seleksi dalam hal perwasitan dan penjurian yang dapat mempengaruhi mental pesilat, dan menimbulkan perselisihan pihak lain karena perbedaan persepsi saat seleksi. Sistem sebelumnya untuk mempermudah seleksi atlet pencak silat menggunakan metode (SAW) didapati akurasi 80%. Sama seperti sistem sebelumnya, sistem ini mengimplementasikan metode (AHP-TOPSIS) terdapat 14 kriteria untuk seleksi atlet pencak silat. Bobot untuk metode AHP didapatkan dari algoritma Random Search. Hasil pengujian akurasi sistem sebesar 83% yang menunjukkan bahwa sistem dengan metode AHP-TOPSIS dapat memberikan akurasi lebih baik dibanding dengan metode SAW.