YAHUT Park Bawa UB Juara 1 LKTI IDE XV 2019

YAHUT Park Bawa UB Juara 1 LKTI IDE XV 2019

Konsep penanaman mangrove YAHUT Park (Ya’ang Labuhan Mangrove Educational Park) mengantarkan tiga mahasiswa perwakilan Universitas Brawijaya (UB) menjadi juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Intellectual Dialogue of Economics (LKTI IDE) XV 2019 (25/10/2019). Mereka adalah Anang Prayitno (FAPET/2017), Ovia Citra Ekasari (FP/2017) dan Nur Eka Hartiningrum (FILKOM/2018). Untuk diketahui, LKTI IDE adalah kompetisi dua tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Litbang Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi ( HMJIE ) FEB UB. Kompetisi ini diikuti oleh perwakilan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, antara lain UB, Universitas Hasanuddin, PENS, Politeknik Keuangan Negara STAN, Universitas Internasional Semen Indonesia, IPB, UNPAD, UGM, Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Al-Akbar Surabaya dan Universitas Sebelas Maret.

Dijelaskan oleh Tini, panggilan akrab Nur Eka Hartiningrum bahwa Lamongan memiliki lahan pantai yang luas, namun banyak yang belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah pantai Ya’ang Labuhan. YAHUT Park dirancang untuk mengoptimalkan potensi pesisir pantai Ya’ang Labuhan dengan mengembangkan ekosistem mangrove yang mampu mencegah terjadinya abrasi, bisa pula menjadi wisata edukatif keluarga dan sebagai wisata baru yang akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lamongan. Tini bersama Anang selaku ketua tim dan Ovia telah melakukan ujicoba menanam mangrove di Ya’ang Labuhan dan terbukti dapat tumbuh dalam waktu dua bulan. Oleh karena itu meski belum diimplementasikan, namun besar kemungkinan YAHUT Park dapat diterapkan disana. Dijelaskan lebih detil YAHUT Park merupakan konsep penanaman mangrove menggunakan sistem kampung yaitu tersebar rapi dan berpetak seperti posisi rumah di desa dengan keunggulan dan keunikan yaitu adanya: Tempat Pembudidayaan Biota Mangrove, Dapur Mangrove, Mangrove Gallery, Mini Mangrove Museum, Pondok Mangrove, Padepokan Mangrove, Eco Woodland, dan Gubuk Mangrove.

Dengan mengirimkan abstrak dan full paper tentang ide YAHUT Park tersebut, mampu membawa tim ini terpilih menjadi 10 tim terbaik dan masuk ke babak final. Dalam babak final peserta terlebih dahulu harus melakukan presentasi dihadapan dewan juri terkait paper yang dibuatnya. Selanjutnya dipilih tiga tim terbaik dan maju ke tahap seleksi studi kasus untuk menentukan juara 1, 2 dan 3. Dalam tahap ini masing-masing tim diberikan kasus terkait pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) oleh panitia. Dengan waktu terbatas yang diberikan, masing-masing tim harus melakukan analisa dan mencari solusi atas permasalahan/kasus tersebut.

Tini menyampaikan bahwa kasus yang diterima timnya mengenai bagaimana cara agar nelayan dan petani mutiara bisa menghasilkan ekonomi yang layak dalam era perkembangan teknologi yang cepat ini. Solusi yang diberikan oleh Tini beserta tim untuk petani mutiara adalah dengan melakukan pembuatan sample mutiara yang baik dan buruk. Gunanya untuk memetakan karakteristik mutiara yang baik dan buruk, kemudian juga untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kualitas mutiara tersebut. Data itu kemudian dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat teknologi yang membantu paar petani mutiara menghasilkan mutiara dengan kualitas baik. Sementara itu untuk nelayan, diberikan solusi berupa alat GPS khusus yang mampu mendeteksi keberadaan ikan dan mengetahui kapan jadwal ikan banyak berkumpul didaerah tersebut.

“Karena nelayan saat ini tidak bisa langsung pulang membawa hasil dalam sehari melaut. Mereka sering kali harus bermalam berhari-hari diatas laut karena tidak berhasil mendapat tangkapan. Ide kami tentang GPS itu seharusnya bisa membantu nelayan agar lebih efisien dalam melaut,” jelas Tini. [dna]