Buka Puasa Bersama FILKOM UB 2016: Peran Ramadhan dalam Optimalisasi Diri

Buka Puasa Bersama FILKOM UB 2016: Peran Ramadhan dalam Optimalisasi Diri

Sebagai rangkaian kegiatan Semarak Ramadhan 2016, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) menggelar buka puasa bersama pada Jumat, 17 Juni 2016. Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an yang dilantunkan oleh Imroatus Zulfa, putri dari Wakil Dekan II bidang umum dan kepegawaian FILKOM UB. Menghadirkan narasumber Drs. Fadloli, M.Pd.I dan mengangkat tema “Spirit Ramadhan untuk Optimalisasi Kinerja Civitas Akademika FILKOM UB”. Disampaikan dalam sambutannya oleh Wayan Firdaus Mahmudy, S.Si, M.T, Ph.D., dekan FILKOM UB bahwa tema tersebut dipilih berkaitan dengan status FILKOM yang baru saja berubah dari program menjadi fakultas. Dikatakannya sebagai fakultas baru FILKOM dituntut untuk sama dengan fakultas lain yang sudah terlebih dahulu berdiri dalam hal memberikan kinerja yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan adanya optimalisasi, peningkatan kinerja, semangat dan keikhlasan dalam melaksanakan tanggung jawab serat memberikan yang terbaik untuk FILKOM UB sebagai institusi tercinta.

Masih berkaitan dengan tema yang diangkat pada kesempatan tersebut, Drs. Fadloli yang hadir untuk memberikan tausiyah mengenai hubungan bulan Ramadhan dengan optimalisasi diri. Mengawali tausiyahnya Drs. Fadloli menyampaikan bahwa pada hakikatnya tubuh manusia itu memiliki berbagai keterbatasan. Kemudian dengan Ramadhan manusia dididik oleh Allah untuk mengembangkan kesadaran keimanannya. Adapun beberapa peran Ramadhan dalam rangka optimalisasi pengembangan diri manusia adalah sebagai sarana (1) reformasi spiritual, (2) reformasi emosional dan (3) reformasi sosial.

1. Reformasi spiritual
Ramadhan sebagai sarana untuk membangun tabiat/kebiasaan yang baik. Disampaikan oleh Drs. Fadloli bahwa integritas manusia tergantung pada lisan dan hatinya. Dengan puasa di bulan Ramadhan maka hati yang keras akan diganti dengan hati yang lembut, sementara hati yang lembut akan meningkat kinerja seseorang. Sejauh mana kelembutan hati seseorang tergantung pada kedekatannya dengan Allah. Semakin dekat seseorang dengan Allah maka hatinya akan semakin lembut. Adapun ibadah yang paling dekat dengan Allah adalah ibadah puasa, karena pelaksanaannya hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah.
“Kalau sholat, zakat apalagi haji orang sekampung tahu nggih? Kalau puasa pastinya seseorang berpuasa atau tidak hanya diri sendiri dan Allah yang tahu,” ungkap Drs. Fadloli.  

2. Reformasi emosional
Manusia yang terhormat adalah manusia yang mampu mengendalikan diri. Nabi Muhammad mengingatkan bahwa ada permata didalam diri manusia. Jika manusia tersebut tidak dapat mengendalikan permata tersebut maka dia akan kehilangan kemuliaan didalam dirinya. Permata itu pertama adalah akal. Orang yang tidak bisa mengendalikan akalnya akan cepat marah, sehingga tidak dapat menyelesaikan masalah dengan benar. Berbeda dengan orang sabar saat menghadapi masalah, maka masalah yang besar menjadi masalah kecil dan masalah kecil akan lebih cepat terselesaikan. Permata kedua dalam diri manusia adalah hati. Agama tidak akan bisa berguna untuk diri manusia jika manusia tersebut masih memiliki penyakit hati seperti iri dengki dan tidak punya rasa malu baik malu pada orang lain, malu pada Allah dan malu pada diri sendiri.

3. Reformasi sosial
Penyakit yang menyebabkan orang tidak bisa menikmati Ramadhan salah satunya karena orang tersebut berhati keras, sehingga tidak suka berkumpul dalam majelis ilmu. Dengan Ramadhan orang dilatih untuk melakukan reformasi sosial yaitu meningkatkan perbuatan baik pada sesama manusia seperti dengan diwajibkan membayar zakat dan meningkatkan shodaqoh.